Demo Nepal Makin Brutal, Influencer Ungkap Perempuan Diperkosa
KATHMANDU, iNews.id - Para influencer Nepal mengungkap kengerian demonstrasi dimotori Gen Z yang berlangsung sejak Senin lalu. Media Nepal mengungkap, setidaknya 21 demonstran tewas, sebagian besar di Ibu Kota Kathmandu.
Unjuk rasa berlangsung rusuh, brutal, di luar kendali kelompok-kelompok penyelenggara demonstrasi.
Ruth Khadka, salah satu influencer, mengatakan dalam posting-an video, beberapa korban tewas adalah siswa SMA yang masih mengenakan seragam sekolah.
Bukan hanya itu dia mengungkap ada laporan pemerkosaan di beberapa rumah. Entah bagaimana massa mengincar mereka.
"Para demonstran damai, kebanyakan siswa berseragam, tewas. Perempuan dewasa dan anak-anak diperkosa di rumah mereka," katanya, seperti dilaporkan kembali NDTV, dikutip Rabu (10/9/2025).
Khakda tak menjelaskan lebih rinci mengenai dugaan pemerkosaan tersebut.
"Orang-orang mengalami kekerasan oleh mereka yang seharusnya melindungi. Peluru yang seharusnya ditembakkan adalah peluru karet, tapi ternyata bukan. Polisi seharusnya melindungi warga, bukan membunuh mereka," katanya.
Kelompok-kelpompok pemuda Gen Z mendesak militer turun tangan untuk mengangani demo rusuh. Mereka meminta Angkatan Bersenjata Nepal menerapkan jam malam di sejumlah wilayah untuk melindungi warga dan mencegah kerusakan lebih lanjut.
Dalam pernyataan resmi berjudul “Demo Gen Z: Klarifikasi tentang Gerakan Damai dan Vandalisme Properti Publik”, para pemimpin pemuda menegaskan mereka tidak terlibat dalam kerusuhan. Justru, kata mereka, aksi damai ditunggangi kelompok oportunis dan partai politik yang ingin memutarbalikkan tujuan demonstrasi.
“Gerakan kami tidak menerima kelompok oportunis atau anggota partai politik yang mencoba membajak atau memutarbalikkan tujuan. Kami tidak butuh mereka sebelumnya dan sekarang,” bunyi pernyataan.
Kerusuhan ini dipicu kebijakan pemerintah memblokir media sosial, diperparah dengan kekecewaan generasi muda terhadap ekonomi yang lesu, sulitnya mencari pekerjaan di dalam negeri, serta maraknya korupsi.
Editor: Anton Suhartono