Deretan Kota di ASEAN yang Terancam Tenggelam dan Kondisinya saat Ini
Ho Chi Minh City merupakan kota pesisir yang menghadapi permasalahan serupa seperti Bangkok. Jika Bangkok berhasil menekan penggunaan air tanah dan menerapkan retribusi, maka Ho Chi Minh tidak seberuntung itu.
Kota ini kesulitan menerapkan hal yang sama seperti Bangkok lantaran tidak memiliki data yang cukup tentang penggunaan air tanah. Laman ASEAN Today menyebut, banyak masyarakat yang juga tidak meyakini bahwa penggunaan air tanah bisa mengancam keselamatan kota ini.
Sebagaimana halnya Bangkok, sebagian besar wilayah Ho Chi Minh City diperkirakan akan tenggelam di tahun 2050. Masyarakat akan mengalami bencana banjir secara reguler akibat menurunnya permukaan tanah.
Data yang diperoleh dari Procedia Engineering “The Main Causes of Land Subsidence in Ho Chi Minh City” menyebut, dari 116 ruas jalan yang sering tergenang banjir, 79 di antaranya sudah mengalami permukaan tanah.
Sebenarnya, penurunan permukaan tanah di kota ini sudah terlihat sejak tahun 2003. Kala itu, permukaan tanah di Distrik 9 terpantau mengalami pergerakan dan tidak menunjukkan tanda-tanda akan berhenti.
Prosiding ini juga menyajikan data hasil proyek penelitian yang dilakukan oleh Pusat Geo-Informatika Vietnam National University. Hasilnya, beberapa wilayah di Ho Chi Minh City mengalami penurunan permukaan tanah 1 cm per tahunnya.
Lebih spesifik lagi, permukaan tanah di 14 distrik kota itu rata-rata menurun 0,7 hingga 1 cm setiap tahun. Di beberapa daerah yang ramai dengan proses urbanisasi seperti Tan Phu, Binh Thanh, Thu Duc, Binh Chanh, Nha Be, dan Hoc Mon, penurunan permukaan air tanahnya bahkan menyentuh angka 1,5 cm per tahun.
Proses penurunan tanah di Ho Chi Minh City, secara garis besar, dipengaruhi oleh struktur geologi, perencanaan tata kota yang kurang matang, ekstraksi air tanah dan pengelolaan infrastruktur yang kurang mumpuni. Jika ini terus dibiarkan, maka kemungkinan Ho Chi Minh City untuk cepat tenggelam semakin nyata.