Diancam Sanksi, Iran Akhirnya Kembali ke Perundingan Nuklir tapi Tanpa Amerika

AMMAN, iNews.id - Iran akan kembali ke meja perundingan membahas program nuklir bersama tiga negara Eropa (E3), tanpa Amerika Serikat (AS). Prancis, Jerman, dan Inggris akan telibat dalam perundingan yang akan digelar pada Jumat (25/7/2025) di Istanbul, Turki, tersebut.

Perundingan ini digelar setelah ketiga negara Eropa tersebut memperingatkan sanksi baru terhadap Iran jika gagal untuk melanjutkan negosiasi.

Baca Juga

Trump Tetapkan Ikhwanul Muslimin di Mesir, Lebanon, dan Yordania sebagai Kelompok Teroris

"Pertemuan antara Iran, Inggris, Prancis, dan Jerman akan berlangsung di tingkat wakil menteri luar negeri," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Iran, Esmaeil Baghaei, seperti dikutip dari Anadolu, Senin (21/7/2025).

E3 mengancam akan menerapkan kembali sanksi PBB terhadap Iran pada akhir Agustus mendatang jika perundingan nuklir yang sedang berlangsung antara Iran dan AS sebelum Israel melancarkan serangan mendadak, tidak dilanjutkan atau gagal menghasilkan hasil nyata.

Baca Juga

Pernah Ditipu, Iran Tak Ingin Terburu-buru Lanjutkan Perundingan Nuklir dengan AS

Para menteri luar negeri (menlu) E3 serta kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa sebelumnya melakukan percakapan melalui telepon dengan Menlu Iran Abbas Araghchi pada Kamis lalu. Ini merupakan percakapan telepon pertama Araghchi dengan mitranya dari Eropa sejak Israel dan Amerika Serikat (AS) menyerang fasilitas nuklir Iran pada 22 Juni lalu.

"Jika UE/E3 ingin berperan, mereka harus bertindak secara bertanggung jawab, dan mengesampingkan kebijakan ancaman dan tekanan yang sudah usang, termasuk 'snap-back' yang sama sekali tidak memiliki dasar moral dan hukum," kata Araghchi.

Baca Juga

Bos Badan Nuklir PBB Sebut Percuma Serang Iran, Program Nuklir Tak Akan Hancur

E3, bersama dengan China dan Rusia, merupakan pihak yang terlibat dalam kesepakatan nuklir Rencana Aksi Komprehesif Bersama (JCPOA) 2015. Namun AS menarik diri dari kesepakatan tersebut pada 2018 di bawah pemerintahan Presiden Donald Trump. Sejak itu AS kembali menjatuhkan sanksi yang memukul perekonomian Iran sampai saat ini.

Editor: Anton Suhartono