Dicari, Relawan yang Bersedia Diinfeksi Virus Korona dengan Bayaran Rp64 Juta
LONDON, iNews.id - Para ilmuwan berlomba untuk menemukan vaksin virus korona. Namun mereka mengalami kendala untuk mengujinya pada manusia.
Untuk itulah, Hvivo, perusahaan yang mengoperasikan unit karantina di Pusat Inovasi Queen Mary BioEnterprises di Whitechapel, London, Inggris, mencari relawan yang mau dibayar 3.500 poundsterling atau sekitar Rp64,4 juta untuk ditulari virus korona.
Mereka akan menjadi 'kelinci percobaan' untuk mengetes keampuhan vaksin. Hvivo memastikan Covid-19 yang diinjeksi ke tubuh relawan tak berbahaya. Mereka membutuhkan 24 relawan untuk menguji vaksin.
Kondisi para relawan akan dipantau secara teratur di tempat karantina selama 14 hari.
Para ahli berharap, pengujian vaksin ini bisa membantu menyempurnakan ramuan, meskipun kemungkinan baru akan tersedia pada musim dingin mendatang.
Pengujian dimulai setelah Hvivo mendapatkan izin dari Badan Pengawas Obat dan Produk Kesehatan (MHRA) Inggris.
Para ilmuwan akan menginfeksi relawan dengan dua jenis virus korona, yakni 0C43 dan 229E. Efek yang ditimbulkan, pasien akan mengalami penyakit pernapasan ringan.
John Oxford, ahli virologi dari Queen Mary University of London, mengatakan, para relawan akan merasakan gejala batuk atau pilek, yang akan menjadi model bagi Covid-19.
"Jika ini berhasil pada virus kecil kami, maka sangat mungkin akan berhasil pula di dunia nyata," kata Oxford, dikutip dari The Times, Selasa (10/3/2020).
Sebelumnya, para relawan akan dimintai keterangan mengenai riwayat kesehatan dan menjalani tes darah, urine, serta jantung. Tujuannya untuk memastikan mereka tidak memiliki antibodi terhadap virus korona.
Peserta yang lolos akan diinokulasi sebelum masuk ke ruang isolasi selama 14 hari. Selama periode itu, mereka tidak bisa melakukan kontak fisik dengan orang lain.
Kontak antarmanusia hanya terjadi dengan perawat dan dokter, itu pun menggunakan alat pelindung dan ventilator. Petugas secara berkala akan memeriksa hidung dan mengambil sampel darah untuk dites.
Kepala ilmuwan Hvivo Andrew Catchpole mengatakan, bersinggungan dengan virus korona merupakan pekerjaan sehari-hari para pakar yang berada di garis depan untuk membuat vaksin virus korona, sehingga mereka tak khawatir.
"Kami sebenarnya terkena banyak virus korona yang berarti kami dapat memiliki semacam kekebalan," tuturnya.
Editor: Anton Suhartono