Dijatuhkan Sanksi AS soal Racun Novichok, Ini Respons Rusia
MOSKOW, iNews.id - Rusia geram dengan keputusan Amerika Serikat (AS) yang menjatuhkan sanksi atas tuduhan serangan zat kimia pelumpuh saraf Novichok ke mantan agen ganda Sergei Skripal dan putrinya Yulia di Inggris pada Maret lalu.
Skripal dan Yulia ditemukan tak sadarkan diri di bangku dekat pusat perbelanjaan di Salisbury pada 4 Maret 2018. Mereka diketahui terpapar Novichok, zat pelumpuh saraf yang dikembangkan di era Uni Soviet saat Perang Dingin.
Setelah kritis selama beberapa bulan, nyawa Skripal dapat diselamatkan dan saat ini sudah keluar rumah sakit. Putrinya lebih beruntung karena keluar dari rumah sakit Salisbury lebih cepat.
Kremlin menyebut pemberian sanksi itu sebagai tindakan yang tak dapat diterima. Namun Rusia berharap hubungannya dengan AS tetap berjalan baik.
"Kami menganggap ini tidak dapat diterima, karena menghubungkan sanksi terbaru, yang sebelumnya kami anggap ilegal, dengan kasus di Salisbury," kata juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, dikutip dari AFP, Kamis (9/8/2018).
Di sisi lain, kata dia, "Moskow mengharapkan dapat membangun hubungan yang konstruktif dengan Washington."
AS menjatuhkan sanksi baru terhadap Rusia mulai akhir Agustus 2018 berkaitan dengan ekspor elektronik dan produk berteknologi.
"Sanksi itu sebagai tanggapan atas penggunaan zat kimia pelumpuh saraf 'Novichok' dalam upaya membunuh warga negara Inggris, Sergei Skripal," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri (Kemlu), Heather Nauert, kemarin.
Tujuannya, kata Nauert, untuk menghukum pemerintahan Presiden Vladimir Putin karena menggunakan senjata kimia atau biologi yang melanggar hukum internasional.
Kemlu menyatakan sanksi yang lebih keras akan menyusul dalam 90 hari jika Rusia gagal memberikan jaminan mereka tidak akan menggunakan senjata kimia lagi dan memungkinkan adanya pemeriksaan oleh PBB.
Rusia berkali-kali membantah keras terlibat dalam serangan itu.
Editor: Anton Suhartono