Dirikan Partai Baru, Mahathir: Partai Lain Telah Menyimpang dari Perjuangan Awal
KUALA LUMPUR, iNews.id – Keinginan mantan Perdana Malaysia, Mahathir Mohamad, untuk mendirikan partai politik baru semakin mantap. Dia pun menyatakan, partai yang belum diberi nama itu tidak akan bersekutu dengan salah satu dari dua blok terbesar di Parlemen Malaysia.
Partai baru itu akan dibentuk Mahathir bersama dengan lima anggota parlemen lainnya yang saat ini berstatus independen setelah dipecat dari Parti Pribumi Bersatu Malaysia (Bersatu) yang dipimpin Perdana Menteri Muhyiddin Yassin. Mahathir mengatakan, partai baru itu akan “bebas” atau tidak terikat dengan blok politik lainnya, baik penguasa maupun oposisi.
Mahathir yang kini berusia 95 tahun akan menjadi ketua partai itu. Sementara putranya, Datuk Seri Mukhriz Mahathir, diharapkan menjadi presiden partai. Keberadaan partai bentukan Mahathir dan kawan-kawan itu tentunya bakal meramaikan pentas politik di Malaysia.
Saat ini, tiga partai berbasis etnik Melayu yaitu Bersatu, UMNO, dan Parti Islam Se-Malaysia (PAS) berada di blok yang sama, Mereka membentuk aliansi Perikatan Nasional dan menjadi kelompok berkuasa sejak duduknya Muhyiddin Yassin di kursi perdana menteri.
Berikutnya, Parti Keadilan Rakyat (PKR) pimpinan Anwar Ibrahim, sebuah partai multietnik yang mayoritas dikuasai orang Melayu kini menjadi oposisi. PKR bersama dengan faksi Melayu lainnya, Parti Amanah Negara, dan; Parti Aksi Demokratis yang berbasis etnik Tionghoa, membentuk koalisi Pakatan Harapan (PH) di Parlemen.
“Saya tahu sudah terlalu banyak partai politik Melayu (di Malaysia). Tetapi partai-partai lain itu telah menyimpang dari perjuangan awalnya,” ujar Mahathir pada konferensi pers di Kuala Lumpur, Jumat (7/8/2020), seperti dikutip The Straits Times.
Keputusan Mahathir untuk membentuk partai independen kali ini juga menandakan hubungannya yang semakin tegang dengan Anwar Ibrahim, yang memimpin blok oposisi yang berisikan tiga partai. “Kami ingin bekerja sama dengan Pakatan Harapan, tetapi ada beberapa kendala di sana,” kata perdana menteri terlama di Malaysia itu lagi.
Mahathir berhasil meraih jabatan perdana menteri untuk kedua kalinya pada 2018. Kala itu, partainya bergabung dalam koalisi Pakatan Harapan yang dipimpin Anwar Ibrahim. Namun, ketika gejolak politik terus-menerus melanda Malaysia, Mahathir memutuskan untuk mengundurkan diri dari jabatan kepala pemerintahan negeri jiran itu, Februari lalu.
Tiga bulan sesudahnya, Mahathir dipecat dari kepengurusan dan keanggotaan Bersatu, partai yang dia dirikan bersama Muhyiddin Yassin pada 8 September 2016 itu. Selain itu, ada empat anggota parlemen lainnya yang juga dipecat dari partai itu lantaran menolak untuk mendukung pemerintahan yang dipimpin Muhyiddin.
Belakangan, kubu Mahathir mengajukan gugatan ke pengadilan terkait pemecatan mereka dari Bersatu. Muhyiddin pun kemudian mengajukan permohonan ke pengadilan agar mencabut gugatan Mahahtir dan kawan-kawan.
Pagi tadi, Mahkamah Tinggi Malaysia mengabulkan permohonon Muhyiddin dan membatalkan gugatan yang diajukan Mahathir. Hakim Rohani Ismail menyimpulkan, Mahathir dan para penggugat lainnya tidak memiliki kedudukan hukum untuk menuntut penghentian keanggotaan mereka dari Bersatu—yang mereka nilai tidak sah.
Editor: Ahmad Islamy Jamil