Ditekan Luar Dalam, Israel Akhirnya Pertimbangkan Gencatan Senjata dengan Hamas
YERUSALEM, iNews.id - Israel akhirnya melunak, pertimbangkan untuk menyepakati gencatan senjata dengan pejuang Palestina di Jalur Gaza. Keputusan ini diambil setelah muncul desakan kuat dari dalam dan luar, yakni warga Israel serta sekutu terkuatnya, Amerika Serikat.
Presiden Joe Biden menelepon Perdana Menteri Benjamin Netanyahu agar meredakan ketegangan setelah gedung kantor berita AS Associated Press di Gaza diruntuhkan pasukan Israel.
Beberapa pejabat Israel mengatakan kepada media lokal Walla, Minggu (16/5/2021), mereka mengindikasikan segera mencapai kesepakatan gencatan senjata dengan faksi Hamas dan Jihad Islam.
Selain didorong oleh derasnya tekanan, tujuan operasi militer terhadap Jalur Gaza dianggap telah tercapai.
Para pejabat yang meminta identitasnya tidak disebut mengatakan, seperti perjanjian gencatan senjata sebelumnya, Mesir akan berperan sebagai mediator. Ini karena para pejuang Palestina di Gaza tidak bernegosiasi langsung dengan Israel.
Sejak Jumat malam, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) melakukan serangkaian serangan udara ke Jalur Gaza, menargetkan infrastruktur Hamas dan Jihad Islam. Sejumlah petinggi Hamas dilaporkan gugur. Namun laporan jumlah petinggi Hamas yang gugur versi Israel ditepis para pejabat kelompok perlawanan.
Pada Sabtu ribuan warga Israel berunjuk rasa di penjuru negeri, mendesak Perdana Menteri Benjamin Netanyahu untuk melakukan gencatan senjata. Ini sebagai respons atas serangan roket-roket Gaza yang menjangkau wilayah terjauh seperti Tel Aviv. Selain itu sebagian massa yang berasal dari keturunan Arab-Israel mendesak pemerintah tidak diskriminatif.
Pemimpin Hamas dalam konferensi pers dari Doha, Qatar, mengindikasikan untuk menerima gencatan senjata. Namun dia mengingatkan konfrontasi terbaru ini dipicu ulah Israel yang menyerang Masjid Al Aqsa serta rencana penggusuran permukiman Palestina di Sheikh Jarrah. Hamas bersedia menyepakati gencatan senjata dengan syarat pasukan Israel menghentikan kekerasan di Al Aqsa serta daerah lain di Yerusalem Timur.
Editor: Anton Suhartono