Donald Trump Akan Sampaikan Pesan Tegas untuk China dalam Pidato Sidang Umum PBB

WASHINGTON, iNews.id - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump akan menyampaikan pidato di Sidang Majelis Umum PBB, Selasa (22/9/2020). Pidato melalui rekaman video itu salah satunya berisi pesan tegas untuk China, demikian dikatakan Trump kepada jurnalis seperti dilaporkan Associated Press.

Trump tidak menjelaskan pesan tegas yang dimaksud, namun kedua negara bersitegang dalam beberapa isu, seperti perang dagang, isu Hong Kong, Taiwan, Xinjiang, Laut China Selatan, pandemi Covid-19, serta tuduhan campur tangan dalam pilpres AS.

Baca Juga

3 Motif Inggris dan Negara Baltik Gelar Simulasi Perang Melawan Rusia

Hal lain yang kemungkinan diangkat Trump adalah isu Iran. Di forum PBB, AS menghadapi kritikan dan mungkin isolasi dari negara-negara anggota Majelis Umum terkait klaim sepihak soal sanksi untuk Iran.

Pada akhir pekan lalu, AS mengklaim secara sepihak bahwa sebagian besar sanksi PBB untuk Iran kembali berlaku. Sanksi itu dicabut sejak 2015 setelah Iran meneken kesepakatan JCPOA bersama negara-negara anggota Dewan Keamanan PBB ditambah Jerman untuk tidak mengembangkan senjata nuklir. Imbalannya, sanksi internasional terhadap Iran dicabut.

Baca Juga

Kesal dengan AS, China Tegaskan Tak Ada Jalan untuk Kemerdekaan Taiwan

Trump lalu menarik AS keluar dari kesepakatan itu sejak Mei 2018 dan menerapkan kembali sanksi bilateral.

Selain itu Trump kemungkinan menyoroti perjanjian damai negara-negara Arab dengan Israel di mana AS menjadi penengahnya. Pekan lalu dua negara Arab, Uni Emirat Arab dan Bahrain, meneken perjanjian damai dengan Israel di Gedung Putih.

Baca Juga

AU China Gunakan Film Hollywood di Video Propaganda Serangan Udara, Dihina Netizen

Perjanjian bersejarah disepakati saat hubungan antara negara Yahudi dan negara-negara Arab mencair terkait adanya musuh bersama, yakni Iran.

Isu lain yang mungkin disoroti adalah perkembangan hubungan AS dengan Korea Utara. Hubungan kedua negara membaik setelah pertemuan Trump dengan pemimpin Korut Kim Jong Un pada Juni 2018 untuk membicarakan denuklirisasi di Semenanjung Korea. Namun sejauh ini belum ada perkembangan positif.