Duh! PBB Ungkap Banyak Bom Israel Belum Meledak Tersembunyi di Puing-Puing Gaza
JENEWA, iNews.id - Badan PBB yang menangani masalah ranjau UNMAS memperkirakan banyak bom yang belum meledak di balik puing-puing bangunan di Jalur Gaza, Palestina. Bahkan UNMAS menyebut jumlahnya mungkin jauh lebih banyak dibandingkan bom belum meledak di Ukraina.
Padahal perang Rusia melawan Ukraina sudah berlangsung 2 tahun lebih, sementara konflik Israel-Hamas di Gaza baru berlangsung 7 bulan.
Menurut UNMAS, pembersihan bom-bom tersebut memerlukan waktu yang sangat panjang serta biaya ratusan juta dolar AS.
“Saat ini kami belum bisa melakukan penilaian secara menyeluruh terhadap tingkat kontaminasi persenjataan yang belum meledak di Gaza. Jadi kami memperkirakan, berdasarkan intensitas pengeboman dan pertempuran, terdapat kontaminasi bahan peledak yang signifikan di antara puing-puing,” kata Charles Birch, kepala program ranjau UNMAS, dikutip dari Anadolu, Rabu (15/5/2024).
Program Lingkungan PBB (UNEP), lanjut Birch, memperkirakan puing-puing bangunan yang hancur di Gaza saat ini mencapai 37 juta ton, lebih banyak daripada kehancuran di Ukraina.
Dia juga membandingkan garis depan kedua pertempuran untuk menentukan tingkat kehancuran. Garis depan pertempuran Ukraina adalah 965 km, sementara garis depan Gaza 40 km.
“Puing-puingnya banyak sekali, 37 juta ton. Mungkin ada persenjataan di bawah puing-puing itu,” ujarnya.
Dia juga membandingkan kondisi Gaza dengan Mosul, Irak, yang skala pertempurannya jauh lebih kecil.
Menurut Birch, berdasarkan perkiraan PBB dibutuhkan waktu 10 tahun untuk membersihkan Mosul dari bom-bom yang belum meledak. Sementara proses pembersihan yang dilakukan UNMAS saat ini sudah berlangsung 8 tahun.
“Jadi Gaza akan memakan waktu lebih lama lagi. Ini merupakan tantangan yang belum pernah terjadi sebelumnya,” tuturnya.
Operasi Darat ke Rafah
Birch memperingatkan operasi darat Israel ke Rafah bisa menyebabkan situasi menjadi lebih parah. Pasalnya, para pengungsi di Rafah akan kembali ke rumah-rumah mereka yang hancur di Gaza Utara.
Para pengungsi itu tak mengetahui, apakah di antara puing-puing bangunan mereka yang hancur ada bom yang meledak atau tidak.
“Ada sejumlah besar pengungsi yang berlindung di Rafah. Momen paling berbahaya adalah ketika mereka kembali ke utara, karena mereka tidak tahu di mana kontaminasinya, sehingga tidak tahu di mana harus menghindari insiden,” tuturnya.
Dia menilai warga Gaza perlu mendapat pelatihan risiko bahan peledak, sehingga bisa memiliki pemahaman dasar tentang bagaimana perilaku aman saat memasuki wilayah terkontaminasi bahan peledak.
Editor: Anton Suhartono