Elite Taliban Dikabarkan Terbelah, Ada Faksi Moderat dan Konservatif?
Sebelum itu, Baradar juga sempat dikabarkan sebagai kandidat kuat presiden yang baru di Afghanistan. Namun, lagi-lagi rumor itu dipatahkan. Dia hanya kebagian jatah wakil perdana menteri. Sementara, Mullah Mohammad Hasan Akhund—sosok yang kurang begitu populer selama ini—diangkat menjadi perdana menteri.
Terpilihnya Akhund dianggap sebagai tanda lebih lanjut bahwa faksi konservatif yang berhaluan keras di tubuh Taliban telah memenangkan pertarungan internal. Sebagai indikasi lainnya, bendera putih Taliban kini dikibarkan di atas Istana Presiden di Kabul, menggantikan bendera nasional Afghanistan.
Juru Bicara Taliban, Zabihullah Mujahid, membantah adanya keretakan dalam kepemimpinan di kelompok itu. Pada Selasa (14/9/2021) lalu, Menteri Luar Negeri Taliban, Amir Khan Mutaqi, juga membantah laporan semacam itu dan menyebutnya sebagai propaganda pihak luar saja.
Namun, absennya Baradar dari fungsi-fungsi utama pejabat tinggi pemerintah akhir-akhir ini justru semakin menguatkan isu keterbelahan Taliban itu. Sebaut saja misalnya ketika dia tidak berada di Istana Presiden Afghanistan pada awal pekan ini untuk menerima Wakil Perdana MenteriQatar, Sheikh Mohammad bin Abdur Rahman al-Thani. Padahal, kedatangan al-Thani ke Kabul adalah kunjungan luar negeri tingkat tertinggi bagi Afghanistan sejak diambil alih Taliban.
Absennya Baradar saat penyambutan al-Thani—yang juga merangkap menteri luar negeri Qatar jelas sangat mengejutkan. Pasalnya, sudah bertahun-tahun Qatar menjamu Baradar sebagai kepala kantor politik Taliban di Ibu Kota Doha.
Namun dalam wawancara yang ditayangkan Rabu lalu, Baradar mengatakan, dia tidak bisa berpartisipasi dalam pertemuan itu karena dia tidak mengetahui tentang kunjungan menteri al-Thani ke Kabul. “Saya sudah pergi dan tidak bisa kembali lagi,” kata Baradar.
Beberapa pejabat dan warga Afghanistan yang akrab dan berhubungan dengan Baradar mengatakan kepada Associated Press sebelumnya bahwa Baradar berada di Provinsi Kandahar untuk bertemu dengan pemimpin tertinggi Taliban, Haibatullah Akhunzada. Sementara, tokoh Taliban lainnya mengatakan Baradar mengunjungi keluarga yang sudah tidak pernah dijumpainya selama 20 tahun akibat perang.