Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Amerika Ingin Rebut Minyak, Venezuela Minta Pertemuan Darurat Dewan Keamanan PBB
Advertisement . Scroll to see content

Embargo Minyak Dinilai Untungkan Rusia, Uni Eropa Malah Bayar Lebih Mahal Rp3.868 Triliun

Sabtu, 04 Juni 2022 - 16:37:00 WIB
Embargo Minyak Dinilai Untungkan Rusia, Uni Eropa Malah Bayar Lebih Mahal Rp3.868 Triliun
Ilustrasi embargo minyak Rusia oleh Uni Eropa sebagai sanksi atas agresi militer Moskow di Ukraina. (Foto: Reuters)
Advertisement . Scroll to see content

MOSKOW, iNews.id – Ekonomi Rusia bisa mendapatkan manfaat dari keputusan Uni Eropa melakukan embargo terhadap minyak Moskow. Sementara itu, negara-negara Uni Eropa malah akan membayar lebih mahal sekitar 268 miliar dolar AS (lebih dari Rp3.868 triliun) per tahun di tengah melonjaknya harga energi.

Hal itu diungkapkan oleh ketua DPR Rusia, Vyacheslav Volodin, Sabtu (4/6/2022). Menurut dia, pada saat negara-negara Eropa memberlakukan sanksi terhadap Moskow, produk minyak Rusia menemukan pasar barunya di Asia.

“Kemungkinan kerugian Rusia yang disebabkan oleh larangan ekspor minyak ke Eropa, menurut para ahli, bisa mencapai 22 miliar dolar AS per tahun,” ungkap Volodin lewat aplikasi Telegram.

“Akan tetapi, karena melonjaknya harga energi, serta didorong oleh sanksi dan pengalihan pasar minyak Rusia ke Asia, biayanya bisa tergantikan secara penuh, bahkan mungkin memberikan keuntungan bagi ekonomi kita,” kata dia.

Politikus senior Rusia itu melanjutkan, Eropa akan membayar lebih dari 250 miliar euro atau lebih dari 268 miliar dolar AS per tahun. Jumlah itu belum termasuk biaya tambahan yang mesti dikeluarkan perusahaan-perusahaan Eropa saat bertransisi untuk membeli minyak merek baru.

“Washington (Amerika Serikat) melakukan segalanya sehingga beban utama dari penerapan sanksi jatuh pada negara-negara Eropa,” ucap Volodin. 

“Dia (AS) sengaja melemahkan ekonomi UE untuk membuat mereka semakin bergantung pada AS, berusaha untuk memerintah negara-negara yang sebelumnya berjuang untuk kemerdekaan yang lebih besar. Sekarang ini, negara-negara ini bahkan hampir tidak bisa memikirkannya,” ujarnya.

Rusia meluncurkan operasi militer khusus di Ukraina pada 24 Februari, setelah Republik Rakyat Donetsk dan Luhansk (DPR dan LPR) meminta bantuan untuk membela diri dari provokasi pasukan Kiev. DPR dan LPR adalah dua wilayah yang memisahkan diri dari Ukraina.

Rusia mengklaim, tujuan dari operasi khususnya adalah untuk demiliterisasi dan “denazifikasi” Ukraina.

Negara-negara Barat menanggapi agresi militer Rusia itu dengan menjatuhkan sanksi komprehensif terhadap Moskow, termasuk embargo terhadap produk energi Rusia. Tindakan Barat itu ibarat senjata makan tuan, karena menyebabkan inflasi tinggi dan melonjaknya harga konsumen di seluruh dunia.

Editor: Ahmad Islamy Jamil

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut