Filipina Tolak Keras Permintaan China Singkirkan Kapal Perang di Laut China Selatan
MANILA, iNews.id - Filipina menolak mentah-mentah permintaan China untuk menyingkirkan kapal perang usang yang sengaja ditinggalkan di pulau karang atau atol Laut China Selatan. Kapal pendarat tank sepanjang 100 meter itu pernah digunakan Angkatan Laut (AL) Amerika Serikat (AS) selama Perang Dunia II.
Menteri Pertahanan Delfin Lorenzana mengatakan, kapal perang BRP Sierra Madre sengaja didaratkan di pulau karang atau Beting Thomas II sejak 1999 guna memperkuat klaim Filipina atas wilayah Kepulauan Spratly.
"Kapal itu sudah ada sejak 1999. Kalau ada komitmen pasti sudah lama disingkirkan," kata Lorenzana, dikutip dari Reuters, Kamis (25/11/2021).
Beting Thomas II berada dalam Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) 200 mil laut Filipina, sebagaimana diuraikan dalam Konvensi PBB tentang Hukum Laut (UNCLOS), yang juga diteken China.
"Kami punya dua dokumen yang membuktikan kami pemilik hak berdaulat di ZEE, sementara mereka tidak. Klaim mereka tidak memiliki dasar. China harus mematuhi kewajiban internasional yang menjadi bagiannya," kata Lorenzana.
Sebelumnya Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian mengatakan negaranya mendesak Filipina menghormati komitmen dan menyingkirkan kapal yang ditambatkan secara ilegal.
Beting Thomas II, berjarak sekitar 195 kilometer dari Palawan, dijaga sejumlah kecil pasukan Filipina yang menjadikan kapal berkarat dan terjebak di karang itu sebagai tempat bermukim.
Sempat terjadi insiden, kapal-kapal Penjaga Pantai China mencegat dan menyiram dua kapal Filipina yang akan mengirim logistik untuk pasukan Filipina di Beting Thomas II dengan water cannon hingga menyebabkan kerusakan. Lorenzana menuduh China melanggar hukum internasional terkait insiden itu.
Presiden Rodrigo Duterte dalam KTT China-ASEAN pada Senin lalu yang juga dihadiri Presiden Xi Jinping blak-blakan mengatakan benci dengan tindakan China tersebut.
China mengklaim sebagian besar Laut China Selatan sebagai wilayahnya berdasarkan sembilan garis putus-putus. Wilayah yang masuk dalam garis putus-putus itu bersingungan dengan beberapa negara Asia Tenggara, termasuk Filipina.
Editor: Anton Suhartono