Gelombang Panas di Jepang, Suhu Tokyo Capai Rekor 40 Derajat Celsius

TOKYO, iNews.id - Pejabat di Jepang mengumumkan peringatan terkait gelombang panas yang melanda negara itu. Di awal pekan ini, suhunya bahkan sudah menembus 41 derajat Celsius.

Korban tewas akibat heat stroke atau penyebab lain sudah lebih dari 30 orang. Kantor berita Kyodo melaporkan, pada Sabtu (21/7) saja, korban tewas 11 orang. Selain itu lebih dari 12.000 orang dirawat di rumah sakit sejak dua pekan terakhir.

Baca Juga

Krisis Air Memburuk, Presiden Iran Peringatkan Warga Teheran Mungkin Harus Mengungsi

Gelombang panas menaikkan temperatur di sebagian besar wilayah Jepang. Daerah yang suhunya menembus 41 derajat adalah Kumagaya di Saitama yakni 41,1 derajat. Ini merupakan rekor tertinggi di seluruh Jepang.

Sementara itu suhu di Tokyo juga sudah melampaui 40 derajat. Di Distrik Ome, suhu mencapai 40,3 derajat, suhu tertinggi yang pernah terjadi di Tokyo.

Baca Juga

Suhu Capai 40 Derajat Celsius, 8 Warga Jepang Tewas dalam Sehari

Badan Meteorologi Jepang mencatat, ada lebih dari 40 kota di Jepang yang suhunya berada di sekitar 40 derajat.

"Masyarakat yang tinggal di area dengan suhu di atas 35 derajat harus benar-benar hati-hati," kata pejabat badan meteorologi, Minako Sakurai, dikutip dari AFP, Senin (23/7/2018).

Baca Juga

Selain Heat Stroke, Ini Penyakit Mematikan yang Disebabkan Cuaca Panas

Dia menambahkan, dengan suhu itu, orang-orang dengan kondisi tertentu seperti orang lanjut usia rentan terserang heat stroke.

"Bahkan meskipun lebih rendah, suhu panas tetap bisa berbahaya bagi anak-anak dan orang lanjut usia, bergantung pada lingkungan dan aktivitas yang Anda lakukan," ujarnya.

Sementara itu Sekretaris Kabinet Yoshihide Suga memperingatkan, suhu ekstrem ini masih berlangsung lama.

"Diperkirakan akan berlanjut sampai awal Agustus," ujarnya.

Badan manajemen bencana Jepang menyarankan masyarakat untuk tetap menyalakan AC di rumah serta banyak minum untuk menghindari dehidrasi. Selain itu para karyawan disarankan lebih banyak istirahat.

Editor: Anton Suhartono