Gunung Es Himalaya Pecah Picu Banjir Besar di India, 100 Orang Lebih Dikhawatirkan Tewas
NEW DELHI, iNews.id - Gunung es di Himalaya pecah dan jatuh ke bendungan Negara Bagian Uttarakhand, India, Minggu (7/2/2021) pagi waktu setempat, memicu banjir besar. Lebih dari 100 orang dikhawatirkan tewas tersapu air.
Pejabat Negara Bagian Uttarakhand Om Prakash mengatakan, jumlah pasti korban tewas belum dikethui tapi kemungkinan sampai 150 orang.
"Jumlah sebenarnya belum dikonfirmasi," kata Prakash, dikutip dari Reuters.
Sungai yang tertimpa pecahan gunung es juga melewati desa di beberapa distrik. Seketika, ketinggian air sungai naik menerjang dan merendam apa pun yang dilewati.
Seorang saksi mata melihat dinding es jatuh dalam bentuk butiran serta bongkahan besar menuruni lembah menuju sungai.
"Melaju sangat cepat, tidak ada waktu untuk memberi tahu siapa pun. Saya merasa kami akan tersapu," kata warga yang tinggal di hulu desa Raini, Sanjay Singh Rana.
Dia melanjutkan, banyak pekerja proyek pembangkit listrik tenaga air (PLTA) berada di bendungan saat peristiwa itu. Besar kemungkinan mereka tersapu air.
Selain itu, ada pula penduduk desa yang sedang beraktivitas di dekat sungai, baik mencari kayu atau menggembala ternak.
"Kami tidak tahu berapa banyak orang yang hilang," tuturnya.
Tayangan stasiun televisi ANI menunjukkan, air mengalir ke bendungan lalu menerjang apa pun yang dilewatinya.
"Kabar yang melegakan aliran Sungai Alaknanda di luar Nandprayag sudah kembali normal," kata Menteri Kepala Uttarakhand Trivendra Singh Rawat, dalam cuitan, seperti dilaporkan kembali Reuters.

"Ketinggian air sungai sekarang 1 meter di atas normal namun alirannya sudah menurun," ujarnya, menambahkan.
Kepolisian Distrik Chamoli, daerah tempat bendungan berada, meminta warga untuk meninggalkan rumah mereka dan mengungsi karena air mulai memasuki permukiman.
Uttarakhand rawan banjir bandang dan tanah longsor. Pada Juni 2013, rekor curah hujan menyebabkan banjir dahsyat yang merenggut hampir 6.000 jiwa.
Bencana itu dijuluki sebagai tsunami Himalaya oleh media setempat karena aliran air mengalir di pegunungan, membawa lumpur dan bebatuan, mengubur rumah, menyapu bangunan, jalan, dan jembatan.
Editor: Anton Suhartono