Hamas Tolak Bebaskan Sandera Sebelum Israel Setop Serangan dan Tarik Pasukan dari Gaza
DOHA, iNews.id - Hamas menegaskan sikap terkait kesepakatan gencatan senjata dengan Israel. Pembicaraan mengenai pembebasan sandera baru bisa dilakukan setelah kesepakatan gencatan senjata permanen disetujui.
Pejabat senior Hamas Sami Abu Zuhri mengatakan kepada Reuters, pembebasan sandera Israel membutuhkan jaminan penghentian serangan udara ke Jalur Gaza serta penarikan semua pasukan Zionis.
Pernyataan ini disampaikan Sami setelah utusan Israel menggelar pertemuan dengan mediator Qatar dan Mesir.
“Keberhasilan pertemuan Paris bergantung pada kemauan penjajah (Israel) untuk mengakhiri agresi menyeluruh di Jalur Gaza,” kata Sami, dikutip Senin (29/1/2024).
Sami tak menjelaskan apakah jika syarat itu diterima, Hamas akan membebaskan semua sandera Israel atau sebagian. Pemerintah Israel menyebut sekitar 132 warganya masih disandera di Gaza, termasuk personel meiliter.
Sebelumnya Hamas juga memberikan syarat lain yakni pembebasan semua tahanan Palestina dari penjara-penjara Zionis sebagai imbalan atas pelepasan semua sandera Israel.
Seorang sumber pejabat Palestina yang mengikuti perkembangan negosiasi telah meminta Hamas untuk menyetujui perjanjian tindak lanjut dari gencatan senjata kemanusiaan yang terwujud pada November lalu. Saat itu gencatan senjata berlangsung 7 hari yang berakhir pada 1 Desember.
Namun Hamas ingin Israel mengakhiri serangan serta menarik semua pasukan dari Gaza, meski implementasinya tidak dalam waktu dekat.
Perjanjian tersebut juga harus didukung oleh mediator yakni Qatar, Mesir, dan Amerika Serikat.
Negara-negara tersebut mengirimkan delegasi untuk membahas krisis sandera di Gaza dengan tokoh senior intelijen Israel pada Minggu kemarin.
Editor: Anton Suhartono