Hisashi Ouichi, Orang yang Paling Parah Terpapar Radioaktif di Dunia
TOKYO, iNews.id - Hisashi Ouichi menjadi orang yang paling parah terpapar radioaktif di dunia. Dia meninggal akibat kegagalan multiorgan setelah mendapat perawatan 83 hari di rumah sakit.
Ouichi menjadi satu dari tiga karyawan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Tokaimuara Jepang yang terpapar radioaktif parah dalam kecelakaan kerja pada 30 September 1999. Namun di antara kedua rekannya, Masato Shinohara (29) dan Yutaka Yokokawa (54), dialah yang menderita dampak paling parah.
Kecelakaan ini bermula dari penelitian khusus yang dilakukan Japan Nuclear Fuel Conversion Co. (JCO) di PLTN Tokaimura. Biasanya aturan berbunyi tiap tanggal 30 tiap bulan, staf PLTN harus menjaga proses pelarutan dan pencampuran uranium oksida yang digunakan untuk menjadi bahan baku nuklir. Namun pada saat itu, JCO meminta produk bahan utama itu harus siap pada 28 September 1999.
Namun, perusahaan operator PLTN itu kurang memperhatikan langkah-langkah keamanan. Staf bahkan mengambil jalan singkat untuk memenuhi target waktu yang diestimasikan.
Salah satu jalan pintas yang diambil itu yakni mengolah produk radioaktif yang sangat tinggi dengan menggunakan tangan. Karena minimnya pengalaman saat pencampuran, staf PLTN bahkan sampai menambahkan jumlah senyawa hingga tujuh kali dari yang seharusnya.
Akibatnya, reaksi berantai yang tak terkendali terjadi para larutan. Hingga akhirnya akhirnya alarm radiasi Gamma berbunyi.
Ouichi bersama dua rekannya akhirnya menyadari ada yang tidak beres. Nahas, mereka sudah tak bisa menyelamatkan diri dari ledakan.
Mereka terkena radiasi tingkat tinggi yang mematikan, jauh melebihi ambang batas. Dari ketiganya, Ouichi lah yang mendapat paparan radiasi paling tinggi.
Hal itu karena dia yang berjarak paling dekat dengan reaksi. Dia pun menjadi orang yang terpapar radiasi radioaktof paling tinggi dalam sejarah manusia yakni di level 17 sierverts (Sv) atau 10 Sv melebihi ambang yang semestinya.
Kulit Ouichi meleleh dan dia mengeluarkan air mata darah. Setelah ledakan itu Ouchi dibawa ke Institut Nasional Ilmu Radiologi di Chiba, sebelum dibawa ke rumah sakit Universitas Tokyo tiga hari kemudian.
Dia pun harus dirawat di rumah sakit akibat kerusakan pada organ-organ dalam tubuhnya. Rasa sakit yang dialami membuat Ouchi memohon agar perawatan dihentikan.
“Aku tidak tahan lagi. Aku bukan kelinci percobaan,” kata Ouchi. Namun, perawatannya terus dilanjutkan.
Di hari ke 83, tepatnya 21 Desember 1999, dia mengembuskan napas terakhirnya. Insiden itu dianggap sebagai kecelakaan nuklir terburuk di Jepang.
Selain ketiga karyawan tersebut, ada 46 orang dalam ruangan yang sama dan terpapar radiasi berbahaya. Kecelakaan nuklir ini bahkan berdampak ke permukiman warga.
Editor: Umaya Khusniah