Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Presiden Suriah Ahmad Al Sharaa Ogah Berdamai dengan Israel, Ini Alasannya
Advertisement . Scroll to see content

Hubungan Trump-Putin (2): Tiba-Tiba Mengaku Tak Saling Kenal

Senin, 16 Juli 2018 - 15:32:00 WIB
Hubungan Trump-Putin (2): Tiba-Tiba Mengaku Tak Saling Kenal
Presiden AS Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin. (Foto: AFP)
Advertisement . Scroll to see content

HELSINKI, iNews.id - Hubungan mesra Presiden Amerika Serikat (AS) Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin tidak bertahan lama. Setelah Trump dilantik menjadi presiden AS, Trump tiba-tiba mengaku tidak mengenal Putin, begitu pula sebaliknya.

Dengan cepat hubungan keduanya memanas. Trump tak lagi memuji Putin dan mengecam Rusia karena berpihak pada Suriah.

Berikut kelanjutan hubungan Trump dan Putin yang makin memanas:

4. Trump: Saya Tidak Tahu Siapa Putin

Setelah keakaraban yang terus diumbar ke media, Trump tiba-tiba mengaku tidak kenal dengan Putin. Ungkapan itu muncul di tengah spekulasi yang berkembang bahwa Rusia ikut campur dalam kampanye Trump.

"Saya tidak pernah bertemu Putin, saya tidak tahu siapa Putin. Dia mengatakan satu hal yang baik tentang saya. Dia bilang saya jenius. Saya bilang 'terima kasih banyak' kepada koran dan itu adalah akhirnya. Saya tidak pernah bertemu Putin," kata Trump, dalam konferensi pers pada Juli 2016.

Hal serupa dilakukan Putin. Ungkapan sentimen yang sebelumnya diucapkan Trump juga dia ucapkan menjelang pelantikan Trump dan dia mengaku tidak mengenal Trump.

"Saya tidak kenal Trump. Saya belum pernah bertemu dengannya dan tidak tahu apa yang akan dia lakukan di kancah internasional. Saya tidak punya alasan apa pun untuk menyerang, mengkritik, untuk suatu hal, atau membelanya," kata Putin.

5. Serangan ke Suriah

AS, Inggris, dan Prancis menyerang Suriah dan mengincar pusat persenjataan kimia pasukan Bashar Al Assad di Damaskus. Trump menyebut serangan itu sebagai tindakan atas dugaan serangan menggunakan zat kimia di Suriah.

Trump menyebut serangan itu merupakan kombinasi pasukan Prancis dan Inggris.

“Kami berterima kasih kepada keduanya. Serangan ini penting terkait penggunaan senjata kimia oleh rezim yang sangat mengerikan itu,” ujar Trump.

Rusia merupakan sekutu dekat Suriah. Apalagi Rusia menempatkan pasukannya di Suriah. Serangan itu turut memperuncing ketegangan kedua negara.

6. Pengusiran Diplomat Terbesar Sepanjang Sejarah

Pada Februari 2018 Trump mengusulkan pertemuan dengan Putin. Saat itu Trump menelepon Putin, membahas berbagai isu. Namun rencana pertemuan itu mentah terkait aksi saling usir diplomat sebagai respons atas upaya pembunuhan mantan agen ganda Sergei Skripal dan putrinya, Yulia, di Salisbury, Inggris, pada 4 Maret.

AS merupakan satu dari sekitar 28 negara yang mengusir diplomat Rusia terkait kasus ini. Trump mengusir 60 diplomat Rusia dari AS pada 27 Maret.

Negara Barat menuding Rusia sebagai pelaku upaya pembunuhan terhadap Skripal karena senjata kimia yang digunakan, Novichok, dikembangkan oleh Uni Soviet dan pernah digunakan saat Perang Dunia II.

Barat khawatir penggunaan senjata terlarang ini kembali marak. Tak hanya mengusir diplomat, AS juga menutup kantor konsulat Rusia di Seattle. Langkah AS ini diikuti oleh sekutunya, yakni Prancis, Jerman, Polandia dan Italia.

Gerakan ini merupakan aksi diplomatik terkoordinasi paling luas yang dilakukan oleh AS dan sekutunya untuk melawan Rusia selama bertahun-tahun. Namun, Rusia menepis tuduhan tersebut.

7. Trump Ingin Rusia Kembali ke G7

Pada April, Trump menghubungi Putin untuk memberi selamat atas kemenangan Putin dalam Pemilu Rusia. Trump juga mengisyaratkan ingin bertemu Putin, bahkan di saat Rusia dan AS bentrok terkait isu krisis di Suriah serta serangan zat kimia terhadap Sergei Skripal.

"Saya mengucapkan selamat atas kemenangannya, kemenangan pemilu," kata Trump.

"Kami mungkin akan bersama-sama dalam waktu tidak terlalu jauh, sehingga bisa mendiskusikan senjata, kami bisa mendiskusikan soal perlombaan senjata."

Saat mengucapkan selamat kepada Putin atas kemangannya melalui telepon, Trump tidak mengungkit kasus Skripal. Hal ini memicu berbagai pertanyaan tentang apakah presiden AS itu terlalu berpihak kepada Kremlin.

Pada awal Juni 2018 di KTT G7, Trump menyebut dirinya sebagai 'Mimpi Terburuk Rusia'. Namun secara bersamaan, dia meminta agar Rusia kembali ke G7 setelah diskorsing pada 2014 akibat mencaplok Semenanjung krimea dari Ukraina.

"Anda tahu, apakah Anda suka atau tidak, dan itu mungkin tidak benar secara politik, tetapi kami memiliki dunia untuk dijalankan. Dan di G7, yang dulunya adalah G8, mereka mengusir Rusia, mereka harus membiarkan Rusia kembali, karena kita harus memiliki Rusia di meja perundingan," kata Trump.

8. Pertemuan di Finlandia

Ketika pertemuan di Helsinki diumumkan pada akhir Juni, Putin menekankan pentingnya hubungan antara kedua negara. Dia mengklaim tidak pernah ingin berkonfrontasi dengan AS.

Sebelum berangkat dalam lawatan Eropa pekan lalu, Trump menyebut pertemuan dengan Putin-lah yang paling mudah dari semua kunjungannya.

"Saya punya NATO, saya punya Inggris yang agak gaduh, dan saya punya Putin. Terus terang, Putin mungkin yang paling mudah dari mereka semua," ujar Trump.

Kemudian saat berada di Brussel, hanya beberapa hari sebelum tiba di Finlandia, Trump mengkritik pemerintahan Jerman di bawah pimpinan Kanselir Angela Merkel dengan menyebut pipa energi baru akan membuat Jerman dikontrol sepenuhnya Rusia.

Saat ini semua mata tertuju ke Helsinki dan Istana Kepresidenan abad ke-19 akan menjadi tuan rumah pertemuan mereka.

Apakah Trump dan Putin akan saling melempar pujian, bersikap dingin, atau bahkan membuat sesuatu yang baru, belum pernah terjadi sebelumnya?

Editor: Nathania Riris Michico

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut