Inggris Tuding Huawei Bersekongkol dengan Partai Komunis China
LONDON, iNews.id – Komite Pertahanan Parlemen Inggris mengklaim menemukan bukti jelas yang menunjukkan perusahaan telekomunikasi Huawei melakukan kolusi, atau persekongkolan, dengan Partai Komunis China.
“Negara Barat harus bersatu untuk memajukan diri sebagai penyeimbang dari dominasi teknologi China. Kita tidak boleh menyerahkan keamanan nasional hanya demi pengembangan teknologi jangka pendek,” kata Tobias Ellwood, ketua Komite Pertahanan.
Komite tersebut tidak memerinci lebih jauh tentang bagaimana hubungan persekongkolan itu dilakukan. Namun, komite itu mengklaim telah melihat bukti yang jelas bahwa Huawei menjalin kolusi dengan “aparatur Partai Komunis China.”
Sementara, pihak Huawei menyebut laporan Parlemen Inggris itu diragukan kredibilitasnya.
“Laporan itu membangun opini, bukan fakta. Kami yakin masyarakat akan memahami tuduhan kolusi yang tak berdasar ini, dan justru mengingat apa yang telah dilakukan oleh Huawei untuk Inggris selama lebih dari 20 tahun terakhir,” ujar juru bicara Huawei.
Parlemen juga menyebut bahwa Inggris mungkin perlu menghapuskan seluruh perlengkapan Huawei lebih awal dari jadwal awal yang sebelumnya direncanakan.
Perdana Menteri Boris Johnson, Juli lalu, memerintahkan agar perlengkapan dari Huawei tidak digunakan sama sekali dalam proyek pembangunan jaringan 5G per akhir 2027. Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengklaim ia yang memengaruhi keputusan Inggris tersebut.
Komite Pertahanan menyatakan dukungan terhadap keputusan Johnson untuk menghapus penggunaan peralatan Huawei dari 5G namun dengan catatan bahwa "pengembangannya harus dapat dimajukan, misalnya ke 2025 yang dianggap memungkinkan secara ekonomi."
Perkara Huawei menjadi salah satu isu dalam konflik antara AS dengan China. Pemerintah AS dan sekutunya berulang kali mengatakan teknologi Huawei dapat digunakan China untuk memata-matai.
Huawei, berulang kali pula, membantah tuduhan itu dan menyebut bahwa AS hanya menunjukkan kecemburuan atas kesuksesan yang diraih perusahaan China itu.
Editor: Ahmad Islamy Jamil