Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Putin: Bola Ada di Tangan Eropa dan Ukraina
Advertisement . Scroll to see content

Dituduh Inggris Curi Data Penelitian Vaksi Covid-19, Ini Respons Rusia

Jumat, 17 Juli 2020 - 07:26:00 WIB
Dituduh Inggris Curi Data Penelitian Vaksi Covid-19, Ini Respons Rusia
Ilustrasi vaksin Covid-19 (foto: ist)
Advertisement . Scroll to see content

LONDON, iNews.id - Pemerintah Rusia merespons tudingan Inggris terkait upaya pencurian data penelitian vaksin Covid-19. Pejabat Kremlin menyebut tuduhan tersebut sengaja dibuat sebagai upaya balas dendam.

Media di Inggris mengklaim uji coba vaksin yang dilakukan Oxford University pada Kamis (16/7/2020) menunjukkan hasil menggembirakan. Prototipe vaksin diklaim mampu meningkatkan respons kekebalan tubuh melawan virus tersebut.

Namun, berselang beberapa jam kemudian, Pusat Keamanan Siber Nasional Inggris menemukan indikasi ada upaya pembobolan data dari kelompok hacker APT29 menargetkan pusat data laboratorium di Inggris yang melakukan penelitian vaksin untuk "mencuri properti intektual berharga."

"Hampir pasti bahwa APT29 adalah bagian dari intelijen Rusia," kata agensi intel Inggris.

"Mereka menargetkan sejumlah penelitian yang kemungkinan besar (80-90 persen) untuk mencuri informasi dalam pengembangan vaksin Covid-19," lanjutnya.

Rusia segera merespons yang dituduhkan Inggris. Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov menegaskan kelompok hacker yang diduga meretas data fasilita laboratorium pengembangan vaksin milik Inggris bukan bagian dari mereka.

"Kami tidak memiliki informasi apapun mengenai siapa yang bisa meretas perusahaan dan pusat penelitian vaksin di Inggris," kata Peskov dikutip dari AFP, Jumat (17/7/2020).

"Rusia tidak pernah melakukan hal apapun terkait upaya tersebut, lanjutnya.

Sementara itu, juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova, menyebut tuduhan Inggris sangat bias dan mustahil bisa dibuktikan. Dia menduga Inggris berupaya membalas Rusia yang dianggap sebagai pihak paling bertanggung jawab atas terjadinya sejumlah demo pada pemilu Inggris 2019.

"Di satu sisi, tidak ada bukti. Di sisi lain mereka berbicara tentang beberapa tindakan pembalasan. Hal-hal ini sangat eksklusif secara berkesinambungan," lanjutnya.

Aksi saling tuding antara Inggris dan Rusia telah berlangsung lama. Pada 2019 lalu, Inggris pernah menuduh intel Rusia sebagai aktor utama yang berusaha mengganggu pemilu dengan membocorkan dokumen perdangangan antara Inggris dan Amerika Serikat.

Inggris dan Rusia menjadi negara di benua Eropa dengan angka infeksi tertinggi. Berdasarkan data terbaru, Inggris mencatatkan jumlah kasus Covid-19 sebanyak 292.552 dengan angka kematian 45.119, sedangkan jumlah infeksi Covid-19 di Rusia mencapai 752.797 dan kematian menyentuh 11.937.

Editor: Arif Budiwinarto

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut