Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Rusia: Pernyataan Trump soal Uji Coba Nuklir AS Sangat Jelas, Tak Ambigu
Advertisement . Scroll to see content

Inggris Tuding Rusia Mata-matai Mantan Agen 5 Tahun Sebelum Diracuni

Jumat, 13 April 2018 - 20:20:00 WIB
Inggris Tuding Rusia Mata-matai Mantan Agen 5 Tahun Sebelum Diracuni
Polisi Inggris memeriksa lokasi serangan terhadap Skripal dan Yulia (Foto: BBC)
Advertisement . Scroll to see content

LONDON, iNews.id – Penasihat Keamanan Nasional Inggris Mark Sedwill mengatakan, Rusia sudah memantau mantan agen ganda Sergei Skripal dan anaknya, Yulia, sebelum meracuni mereka menggunakan senjata kimia Novichok pada 4 Maret.

Tak tanggung-tanggung, kata Sedwil, agen intelijen Rusia memantau Skripal dan Yulia selama 5 tahun. Hal itu setidaknya diketahui dari email Yulia.

Dalam surat yang disampaikan Sedwill kepada Sekjen NATO, Jens Stoltenberg, diungkap, email Yulia sudah menjadi target pengawasan tim ahli siber intelijen militer Rusia, GRU.

"Kemungkinan besar bahwa agen intelijen Rusia memantau beberapa pembelot sebagai target usaha pembunuhan," demikian isi surat yang dipublikasikan oleh pemerintah, dikutip dari Reuters, Jumat (13/4/2018).

Akibat serangan itu, Skripal dan Yulia tak sadarkan diri di bangku pusat perbelanjaan di Salisbury pada 4 Maret 2018. Mereka dirawat di rumah sakit distrik Salisbury sejak itu. Namun Yulia sudah keluar rumah sakit pada awal pekan ini dan dalam pengawalan ketat. Sedangkan Skripal masih dirawat, namun kondisinya sudah stabil.

Sementara itu, Menlu Rusia Sergei Lavrov mengatakan, berdasarkan laporannya, Organisasi Pelarangan Senjata Kimia (OPCW) tak menyebut racun yang digunakan untuk menyerang Skripal dan Yulia. Laporan OPCW hanya menyebut komposisi dari zat tersebut. Karena itu, Lavrov menuding Inggris melebih-lebihkan serangan senjata kimia.

Di tempat terpisah, Duta Besar Rusia untuk Inggris, Alexander Yakovenko, menuduh Inggris menghancurkan alat bukti.

"Kami mendapat kesan Pemerintah Inggris sengaja membuat kebijakan menghancurkan semua bukti yang ada, mengklasifikasikan semua bahan yang tersisa dan membuat penyelidikan independen dan transparan menjadi tidak mungkin dilakukan," kata Yakovenko.

Editor: Anton Suhartono

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut