Ini Isi Proposal Gencatan Senjata yang Diusulkan Israel ke Hamas
TEL AVIV, iNews.id - Israel telah mengirim proposal gencatan senjata melalui Amerika Serikat (AS) yang kemudian dikirim ke Qatar sebagai mediator. Di antara tawaran itu adalah pertukaran tahanan yang lebih luas.
Laporan stasiun televisi Israel Channel 13 mengungkap, Israel akan menarik pasukannya dari kawasan padat penduduk di Jalur Gaza, Palestina. Selain itu Israel juga akan mengizinkan lebih banyak bantuan kemanusiaan masuk Gaza.
Sementara itu Israel berharap Hamas dan pejuang Gaza lainnya membebaskan tawanan perempuan, termasuk tentara serta mayat para sandera Israel.
Meski demikian belum ada komentar dari Hamas. Namun berdasarkan proposal yang diajukan kelompok perlawanan itu sebelumnya, mereka akan menyetujui pertukaran tawanan hanya jika pasukan Zionis menghentikan semua serangan atau gencatan senjata penuh.
Hamas pekan lalu menolak proposal gencatan senjata kemanusiaan terbaru yang diusulkan Israel yakni selama 1 minggu. Kelompok perlawanan yang berkuasa di Gaza ini menginginkan peghentian pertempuran, bukan hanya beberapa hari atau minggu.
Sumber pejabat Mesir yang memediasi negosiasi mengatakan, Israel ingin menghentikan pertempuran selama 1 minggu yang ditukar dengan pembebasan puluhan sanderanya di Jalur Gaza.
Kepala Biro Politik Hamas Ismail Haniya yang memimpin langsung delegasi di Mesir mengatakan kepada para pejabat intelijen, pihaknya menekankan pada gencatan senjata dan bantuan kemanusiaan dalam negosiasi terbaru ini.
Hal senada disampaikan anggota Biro Politik Hamas, Ghazi Hamad. Dia menegaskan prioritas Hamas saat ini adalah menghentikan peperangan.
"Visi kami sudah sangat jelas: Kami ingin agresi dihentikan," ujarnya.
Kemudian Hamas juga menolak mentah-mentah proposal yang diajukan Mesir. Mereka diminta menyerah dan melepaskan kekuasaan di Gaza sebagai imbalan gencatan senjata permanen dengan Israel.
Hama serta kelompok perlawanan lain, Jihad Islam, menolak tawaran apa pun selain membebaskan lebih banyak sandera Israel yang ditangkap sejak 7 Oktober.
Mesir, dengan dukungan Qatar, mengusulkan poin baru yang lebih luas untuk menyelesaikan konflik Palestina-Israel terbaru ini, termasuk gencatan senjata permanen serta perombakan kepemimpinan di Gaza yang dipegang Hamas.
Mesir mengusulkan agar digelar pemilu seraya memberikan jaminan kepada Hamas bahwa anggotanya tidak akan ditangkap atau diadili. Namun Hamas menolak konsesi apa pun dari negosiasi selain membebaskan sandera.
Seorang pejabat Hamas yang ikut dalam proses negosiasi di Kairo menolak memberikan penjelasan rinci mengenai tawaran gencatan senjata kemanusiaan.
“Hamas berupaya mengakhiri agresi Israel terhadap rakyat kami, pembantaian dan genosida, dan kami berdiskusi dengan saudara-saudara kami di Mesir tentang cara untuk melakukan hal tersebut,” kata pejabat itu.
“Kami juga menyampaikan, bantuan untuk rakyat kami harus terus berjalan dan ditambah, serta menjangkau seluruh penduduk di utara dan selatan,” ujarnya, menambahkan.
Dia juga menegaskan, negosiasi pertukaran tahanan dengan Israel baru bisa dilanjutkan setelah serangan dihentikan.
Editor: Anton Suhartono