Ini Isi Surat Trump kepada Presiden Israel Minta Netanyahu Diampuni dari Tuduhan Korupsi
WASHINGTON, iNews.id - Presiden Amerika Serikat Donald Trump kembali mencuri perhatian dunia setelah mengirim surat pribadi kepada Presiden Israel Isaac Herzog, berisi permintaan agar Perdana Menteri Benjamin Netanyahu diampuni dari tuduhan korupsi yang tengah dihadapinya.
Surat yang dirilis media pada Rabu (12/11/2025) itu menunjukkan keterlibatan langsung Trump dalam urusan politik dalam negeri Israel.
Dalam suratnya, Trump mengecam tuduhan korupsi terhadap Netanyahu, menyebutnya bermotif politik dan tidak berdasar. Ia menilai Netanyahu telah menjadi sosok pemimpin tangguh yang berjasa besar bagi Israel, terutama selama perang di Gaza yang hingga kini masih menimbulkan kecaman internasional.
“Dengan ini saya meminta Anda untuk sepenuhnya mengampuni Benjamin Netanyahu, yang telah menjadi Perdana Menteri yang tangguh dan tegas di masa perang, dan sekarang memimpin Israel menuju masa damai,” tulis Trump dalam suratnya, dikutip dari Al Jazeera, Jumat (14/11/2025).
Puji Netanyahu karena “Berjasa di Gaza”
Dalam surat itu, Trump juga memuji peran Netanyahu dalam perang di Gaza, meskipun konflik tersebut telah disebut PBB sebagai genosida yang menewaskan lebih dari 69.000 warga Palestina, termasuk 20.000 anak-anak. Trump menggambarkan Netanyahu sebagai pemimpin yang berhasil “mengendalikan Hamas” dan membawa Israel ke jalur kemenangan.
“Sekarang setelah kita mencapai keberhasilan yang belum pernah terjadi sebelumnya ini, dan mampu mengendalikan Hamas, saatnya membiarkan Bibi (Netanyahu) menyatukan Israel dengan mengampuninya, dan mengakhiri perang hukum itu untuk selamanya,” tulis Trump.
Dorong Perluasan Perjanjian Abraham
Trump juga menyebut Netanyahu tengah melakukan upaya diplomasi berkelanjutan untuk memperluas Perjanjian Abraham, kesepakatan yang menormalisasi hubungan Israel dengan sejumlah negara Arab. Ia mengklaim Netanyahu memainkan peran penting dalam mendorong lebih banyak negara Timur Tengah untuk bergabung dalam perjanjian tersebut.
“Isaac, kita telah menjalin hubungan hebat, hubungan yang sangat saya syukuri dan hormati, dan kita sepakat segera setelah saya dilantik pada Januari bahwa fokus harus dipusatkan, pada akhirnya untuk memulangkan para sandera dan menyelesaikan perjanjian damai,” tulis Trump dalam bagian lain suratnya.
Trump bahkan sempat mengulang klaim keliru bahwa ia telah “mengamankan perdamaian di Timur Tengah sejak 3.000 tahun lalu,” meski Israel baru berdiri pada 1948, sementara gerakan Zionis sendiri baru muncul pada akhir abad ke-19.
Analis menilai, langkah Trump meminta pengampunan untuk Netanyahu bisa dianggap sebagai bentuk campur tangan politik asing dalam sistem hukum Israel, yang hingga kini masih memproses kasus dugaan suap dan penipuan terhadap sang perdana menteri.
Meski jabatan Presiden Israel bersifat seremonial, Herzog tetap memiliki wewenang konstitusional untuk memberikan grasi dan amnesti. Namun, selama persidangan Netanyahu masih berjalan, langkah pengampunan tidak bisa dilakukan.
Surat pribadi Trump ini menandai intervensi politik paling eksplisit dari mantan presiden AS terhadap urusan domestik Israel, sekaligus mempertegas kedekatannya dengan Netanyahu, yang tengah berjuang mempertahankan kekuasaan di tengah tekanan hukum dan kritik internasional atas perang Gaza.
Editor: Anton Suhartono