Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Pesawat Kargo UPS MD-11 Jatuh dan Terbakar di Louisville AS
Advertisement . Scroll to see content

Ini Pengakuan Pejabat AS yang Masukkan Jurnalis ke Grup Obrolan Menteri Bahas Perang

Kamis, 27 Maret 2025 - 10:41:00 WIB
Ini Pengakuan Pejabat AS yang Masukkan Jurnalis ke Grup Obrolan Menteri Bahas Perang
Michael Waltz angkat bicara atas skandal bocornya rencana serangan ke Yaman melalui grup obrolan Signal (Foto: AP)
Advertisement . Scroll to see content

WASHINGTON, iNews.id - Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih Michael Waltz bertanggung jawab atas skandal bocornya rencana serangan ke Yaman. Dia secara tidak sengaja Pemimpin Redaksi Majalah The Atlantic Jeffery Goldberg ke grup obrolan Signal berisi para menteri dan pejabat Amerika Serikat (AS).

"Yah, lihat, seorang staf tidak bertanggung jawab. Lihatlan, saya bertanggung jawab penuh. Saya yang membuat grup itu, tugas saya memastikan semua saling terkoordinasi," kata Waltz, kepada Fox News, dikutip Rabu (26/3/2025).

Waltz juga membantah sengaja memasukkan Goldberg ke dalam grup yang di dalamnya ikut bergabung Wakil Presiden JD Vance, Menteri Pertahanan Pete Hegseth, Menteri Luar Negeri Marco Rubio, dan lainnya.

"Saya baru saja berbicara dengan Elon (Musk) dalam perjalanan ke sini. Kita punya ahli teknis terbaik untuk menyelidiki bagaimana ini terjadi. Namun, saya bisa sampaikan 100 persen, tidak mengenal orang ini (Goldberg)," ujarnya.

Dalam artikelnya pada Senin, Goldberg menyebut seorang pejabat tinggi AS secara tidak sengaja memasukkannya ke dalam grup obrolan Signal membahas serangan terhadap kelompok Houthi Yaman.

Grup obrolan itu diberi nama "PC Houthi". Di dalamnya terjadi diskusi politik, di antaranya melibatkan Menteri Pertahanan Pete Hegseth, Wakil Presiden JD Vance, serta Penasihat Keamanan Nasional Michael Waltz.

Dari percakapan itu, dia mengetahui segala pembicaraan dalam grup, termasuk serangan ke Yaman pada 15 Maret, 2 jam sebelum rencana dieksekusi. 

Goldberg tak secara rinci menjelaskan isi percakapan dalam grup karena akan memiliki konsekuensi hukum, apalagi terkait rahasia militer. Namun dia menegaskan bahwa informasi rahasia masuk dalam percakapan obrolan grup.

“Informasi yang terkandung di dalamnya, jika dibaca oleh musuh Amerika Serikat, mungkin saja bisa digunakan untuk melukai personel militer dan intelijen Amerika,” kata Goldberg, dalam artikel.

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut