Ini Rekam Jejak Direktur CIA Perempuan Pertama AS Gina Haspel
WASHINGTON, iNews.id - Direktur Badan Intelijen Pusat Amerika Serikat (CIA) Mike Pompeo ditunjuk Presiden Donald Trump menduduki posisi baru sebagai menteri luar negeri (menlu). Posisi direktur CIA kemudian diisi oleh Gina Haspel.
Dia menjadi perempuan pertama yang menduduki jabatan tertinggi badan intelijen AS.
Perempuan berusia 61 tahun yang berpengalaman di dunia intelijen ini dikenal disiplin dan nonpartisan. Tak heran jika di bidang spionase dia disegani. Posisi terakhirnya adalah wakil direktur CIA.
Meski demikian, nama Haspel tak bisa lepas dari operasi hitam memberantas terorisme yang dikenal kejam. Haspel disebut turut bertanggung jawab atas penyiksaan terhadap tahanan teroris di berbagai penjara CIA di dunia.
Dengan menduduki posisi pucuk di CIA, banyak yang beranggapan, dia akan menghidupkan kembali cara-cara kejam dalam menangani tahanan teroris yang sempat dikecam komunitas internasional itu.
Beberapa politisi senior AS telah menyimpan pertanyaan itu untuk disampaikan kepada Haspel dalam pertemuan Komite Intelijen Senat yang berlangsung beberapa pekan lagi.
“Kekerasan terhadap para tahanan di penjara AS selama beberapa dekade terakhir merupakan masa terkelam dalam sejarah Amerika,” kata Senator dari Partai Republik John McCain, yang juga pernah merasakan siksaan saat menjadi tahanan dalam perang Vietnam Utara.
Haspel, kata dia, harus menjelaskan keterlibatannya selama program interogasi CIA saat proses konfirmasi nanti.
“Latar belakang Haspel membuat dia tidak cocok menjabat sebagai direktur CIA,” kata Senator dari Partai Demokrat, Ron Wyden.
Haspel bergabung dengan CIA pada 1985. Dia pernah menjabat sebagai kepala kantor di beberapa pos di berbagai negara. Pada 2013, dia ditunjuk sebagai kepala badan rahasia AS. Tapi posisi itu tak lama dijabatnya.
Penunjukannya mengundang banyak kritik terkait peran dia dalam menangani para tahanan serangan 11 September secara kejam dan brutal.
Nama Haspel juga dikaitkan dengan penyiksaan tahanan teroris di Thailand pada 2002. Menurut beberapa laporan, beberapa tokoh kuncu Al Qaeda, yakni Abu Zubaydah dan Abdul Rahim An Nashiri diinterogasi dengan cara brutal, seperti dibenturkan ke tembok dan kepalanya disiram air dalam kondisi ditutup atau dikenal dengan istilah waterboarded.
Dia juga diketahui membantu menghancurkan semua rekaman interogasi tahanan untuk menghapus bukti-bukti.
Editor: Anton Suhartono