Israel Datangkan Kapal Rudal Buatan Jerman Lindungi Aset Gas Alam dari Gangguan Hizbullah
TEL AVIV, iNews.id - Angkatan Laut Israel akan mendapatkan tambahan armada perang baru buatan Jerman pada Desember mendatang. Kapal-kapal rudal tersebut akan digunakan untuk melindungi fasilitas industri gas alam dari ancaman kelompok Hizbullah Lebanon.
Kepala Operasi Angkatan Laut (AL) Israel, Laksamana Muda Eyal Harel, menjelaskan kapal rudal generasi baru buatan Jerman "Project Magen" atau umumnya dikenal dengan Sa'ar 6 memiliki ukuran tidak lebih besar dari Sa'ar 5 yakni panjangnya 90 meter. Namun, Sa'ar 6 memiliki keunggulan dalam hal kecepatan.
Kapal tempur generasi terbaru itu juga dilengkapi dengan peralatan radar lebih baru dan canggih. Kapal mampu melakukan operasi pertahanan antirudal, rudal antipesawat dan antikapal, serangan torpedo serta memiliki landasan untuk helikopter serang Israel.
Laksamana Harel mengatakan kapal Project Magen harusnya tiba di Israel pada Agustus lalu, tetapi pengirimannya ditunda karena pandemi Covid-19.
Angkatan Laut (AL) Israel akan mengoperasikan kapal Project Magen untuk melindungi zona ekonomi eksklusifnya yang termasuk di dalamnya pengeboran gas bumi lepas pantai. Gas alam yang dihasilkan mampu mencukupi sekitar 60 persen kebutuhan listrik negara Yahudi itu.
Setelah menemukan cadangan gas alam yang cukup besar di lepas pantai Mediterania lebih dari satu dekade lalu, Israel mulai mengekspor gas ke Yordania dan Mesir.
Saat ini, Israel tengah mengejar proyek dengan Yunani dan Siprus, harapannya dapat menciptakan pipa gas Mediterania Timur ke Eropa. Namun, Israel harus melindungi aset gas alamnya dari gangguan Hizbullah, demikian dikutip dari Times of Israel, Minggu (4/10/2020).
Hizbullah menjadikan fasilitas gas Israel sebagai target prioritas. Pada 2018, pemimpin Hizbullah Sheikh Hassan Nasrallah dalam pidatonya mengatakan dia dapat menghancurkan aset gas Israel dalam beberapa jam jika ada perintah dari pemerintah Lebanon.
Hizbullah merupakan milisi dari aliansi yang mendominasi politik dan pemerintah Lebanon.
Editor: Arif Budiwinarto