Israel Siap Terima Usulan Perdamaian dari AS, Palestina Tegas Menolak
YERUSALEM, iNews.id - Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu siap menerima konsep ekonomi sebagai bagian usulan perdamaian Timur Tengah dari Amerika Serikat (AS) secara adil dan terbuka. Di kesempatan terpisah, Presiden Palestina Mahmoud Abbas secara tegas menolak usulan tersebut.
Tim Donald Trump akan meluncurkan konsep ekonomi untuk perdamaian Israel-Palestina yang baru pada pekan ini dalam sebuah konferensi di Bahrain. Konsep ekonomi ini diharapkan bisa merangsang aktivitas perekonomian di Palestina dan kawasan. Sementara konsep politik dari rencana perdamaian tersebut akan diluncurkan di kemudian hari.
"Kami akan mendengar rencana Amerika itu dengan adil dan terbuka. Saya tidak bisa mengerti bagaimana orang-orang Palestina, bahkan sebelum mereka mendengar rencana itu, langsung menolaknya," kata Netanyahu, mengomentari penolakan Palestina, dikutip dari Reuters, Senin (24/6/2019).
"Berdasarkan perjanjian perdamaian apa pun, posisi kami adalah bahwa kehadiran Israel harus berlanjut di sini, untuk keamanan Israel dan semua," kata Netanyahu, lagi.
Israel merebut Lembah Yordan dan Dataran Tinggi Golan dalam perang Arab-Israel. Negara Yahudi itu mencaplok wilayah-wilayah tersebut, langkah yang tak pernah diakui komunitas internasional.
Lembah Yordan dan Laut Mati meliputi hampir 30 persen dari Tepi Barat. Palestina menegaskan bahwa wilayah itu merupakan satu kesatuan dari tanah yang akan menjadi negara masa depan.
Para pejabat Palestina memboikot rencana perdamaian dari pemerintahan Trump sejak AS mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel. Keputusan itu menunjukkan AS tak akan pernah menjadi penengah yang adil dalam konflik Israel-Palestina.
Abbas mengatakan, solusi ekonomi untuk mengakhiri konflik Israel-Palestina bukanlah hal baru.
“Uang itu penting, ekonomi penting, tapi politik lebih penting. Solusi politik lebih penting. Kami menerima semua orang yang ingin membantu kami, apakah itu di Manama (Bahrain) atau tempat lain. Tapi untuk saat ini, kami menolak 'Kesepakatan Abad Ini' (Deal of the Century/nama usulan perdamaian AS)," kata Abbas.
Abbas yakin, investasi 50 sampai 60 miliar dolar seperti dijanjikan AS hanya omong kosong. Ini bukan janji baru yang disampaikan.
"Apa yang Amerika usulkan? 50 atau 60 miliar dolar? Kami sudah terbiasa dengan omong kosong semacam ini. Jangan berbohong dengan satu sama lain. Kita akan lihat apakah ada orang yang hidup cukup lama untuk melihat bahwa uang 50 atau 60 miliar dolar itu akan datang," tuturnya.
Editor: Anton Suhartono