Israel Tolak Pasukan Penjaga Perdamaian Turki di Gaza, Kenapa?
TEL AVIV, iNews.id - Israel menegaskan penolakannya atas kehadiran militer Turki sebagai bagian dari pasukan penjaga perdamaian di Jalur Gaza.
Menteri Luar Negeri (Menlu) Israel Gideon Saar mengatakan, negaranya tidak akan menoleransi kehadiran militer Turki di Gaza karena kebijakan permusuhan terhadap negara Yahudi tersebut.
"Saya ingin mengatakan bahwa negara-negara yang sudah bersedia mengirim pasukan bersenjata ke sana (Jalur Gaza) setidaknya harus bersikap seimbang terhadap Israel. Mereka mungkin tidak diwajibkan untuk mendukung Israel, tapi mereka tidak boleh bersikap bermusuhan," kata Saar, dikutip dari Sputnik, Selasa (28/10/2025).
Menurut Saar, Turki menerapkan kebijakan permusuhan terhadap Israel selama 2 tahun terakhir, termasuk langkah-langkah diplomatik dan ekonomi, terkait dengan perang di Gaza.
"Oleh karena itu, tidak masuk akal bagi kami untuk mengizinkan pasukan bersenjata mereka memasuki Jalur Gaza, dan kami tidak setuju dengan hal ini, dan kami telah mengomunikasikan hal ini kepada sahabat-sahabat kami di Amerika Serikat," ujarnya.
Presiden AS Donald Trump, Presiden Mesir Abdel Fattah Al Sisi, Emir Qatar Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani, dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada 13 Oktober lalu menandatangani deklarasi perdamaian Gaza.
Deklarasi yang menandai gencatan senjata antara Israel dan Hamas setelah perang 2 tahun tersebut lahir setelah kedua pihak yang bertikai menyetujui rencana perdamaian Gaza yang diusulkan Trump.
Setelah gencatan senjata tahap pertama yang ditandai dengan penarikan pasukan Zionis ke garis kuning, pertukaran tahanan, dan masuknya bantuan kemanusiaan, kini memasuki fase berikutnya, di antaranya pengiriman pasukan penjaga perdamaian. Beberapa negara, umumnya negara Muslim yang memiliki hubungan dekat dengan Palestina, menyatakan kesediaan untuk mengirim pasukan, seperti Turki, Qatar, Indonesia, dan Malaysia.
Editor: Anton Suhartono