Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Mengapa Amerika Serikat Ingin Rebut Minyak Venezuela?
Advertisement . Scroll to see content

Joe Biden Teken UU Larang Impor Uranium Rusia untuk PLTN

Selasa, 14 Mei 2024 - 14:31:00 WIB
Joe Biden Teken UU Larang Impor Uranium Rusia untuk PLTN
Joe Biden meneken UU larangan impor uranium untuk pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) dari Rusia (Foto: Reuters)
Advertisement . Scroll to see content

WASHINGTON, iNews.id - Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden meneken undang-undang (UU) larangan impor uranium dari Rusia, Senin (13/5/2024). Gedung Putih menjelaskan pelarangan impor tersebut dalam rangka mempersulit perekonomian Rusia sehingga akan berdampak pada invasi di Ukraina.

Uranium yang dilarang masuk sudah melalui proses pengayaan yang digunakan untuk pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN). Namun aturan ini baru berlaku efektif sekitar 90 hari sejak UU ditandatangani.

“Hari ini, Presiden Biden menandatangani serangkaian tindakan bersejarah yang akan memperkuat ketahanan energi dan ekonomi negara kita dengan mengurangi, hingga pada akhirnya menghapus, ketergantungan kita terhadap Rusia untuk pembangkit listrik tenaga nuklir sipil,” kata Penasihat Keamanan Nasional AS, Jake Sullivan, dikutip dari Reuters.

Dia menambahkan, UU tersebut sudah memenuhi tujuan multilateral yang disepakati AS bersama negara-negara sekutu dan mitra, termasuk Kanada, Prancis, Jepang, dan Inggris. Negara-negara tersebut sepakat untuk bersama-sama menginvestasikan 4,2 miliar dolar AS guna memperluas pengayaan dan kapasitas konversi uranium.

Jika diterapkan oleh Departemen Energi, ketergantungan AS atas impor uranium Rusia bisa benar-benar berhenti pada 2027.

Namun aturan ini tak terlalu mengikat. Departemen Energi masih bisa membuat pengecualian jika terjadi masalah dalam pasokan uraniun dari pihak lain.

Rusia merupakan pemasok uranium yang diperkaya terbesar di dunia. Sekitar 24 persen kebutuhan untuk PLTN AS berasal dari Rusia.

Selain larangan impor, UU tersebut juga membuka kembali pendanaan sekitar 2,7 miliar dolar AS, yang pada UU sebelumnya dilarang, untuk membangun industri bahan bakar uranium AS.

Sementara itu Duta Besar Rusia untuk AS Anatoly Antonov mengatakan, keputusan AS itu akan menimbulkan guncangan dalam hubungan ekonomi global. Dia yakin AS tak akan mencapai tujuan yang diinginkan.

“Keseimbangan antara eksportir dan importir produk uranium sedang terganggu,” kata Antonov, melalui pernyataan yang dikeluarkan Kedubes Rusia di Washington DC.

Dia menegaskan, perekonomian Rusia sudah siap menghadapi badai apa pun yang dibuat negara-negara Barat. Rusia, tegas dia, dengan cepat bisa merespons permasalahan yang muncul. Bukan hanya itu, bahkan sanksi-sanksi yang dijatuhkan AS dan sekutunya terhadap Rusia justru berbalik, memberikan keuntungan.

"Kali ini juga akan demikian," ujarnya.

Editor: Anton Suhartono

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut