Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Cerita Roy Suryo Ikuti Gelar Perkara Khusus, Sebut Ijazah Jokowi Dilapisi Plastik
Advertisement . Scroll to see content

Jokowi Naikkan Pamor Sinovac usai Disuntik Vaksin Covid

Minggu, 17 Januari 2021 - 10:53:00 WIB
Jokowi Naikkan Pamor Sinovac usai Disuntik Vaksin Covid
Presiden Joko Widodo (Jokowi) disuntik vaksin Covid-19, Rabu (13/1/2021). (Foto: ANTARA)
Advertisement . Scroll to see content

NAMA Sinovac boleh jadi tidak setenar Sinopharm dalam tataran penelitian dan pengembangan vaksin yang menjadi solusi dalam mengatasi pandemi Covid-19. Padahal, keduanya menggunakan metode yang sama.

Baik vaksin Sinovac maupun Sinopharm, cara kerjanya sama-sama melemahkan virus (inaktif) yang kemudian partikelnya dipakai untuk membangkitkan imun tubuh. Tujuannya adalah agar sistem kekebalan tubuh penerima vaksin bisa mengenali virus penyebab Covid-19, tanpa harus menghadapi risiko infeksi serius. 

Sinovac Biotech Ltd masih berada di bawah bayang-bayang kemasyhuran Sinopharm Group Co Ltd. Apalagi Sinopharm yang berbadan hukum BUMN itu telah mengantongi izin edar vaksin secara terbatas dari otoritas obat-obatan China per 30 Desember 2020 setelah dinyatakan aman dengan tingkat efikasi (efektivitas) yang mencapai 79,34 persen.

Dominasi Sinopharm pun sejak saat itu makin meluas di wilayah China, daratan berpenduduk 1,4 miliar jiwa itu. Apalagi sebelum izin keluar, raksasa farmasi Tiongkok itu telah melakukan simulasi distribusi ke 31 provinsi di negeri tirai bambu.

Penggunaan vaksin corona Sinopharm di beberapa kota besar di China pun masif, meskipun secara terbatas hanya pada sembilan kelompok masyarakat berisiko tinggi. Beberapa kelompok berisiko tinggi itu antara lain petugas inspeksi barang beku impor bea cukai, operator transportasi publik, serta warga setempat yang hendak bepergian ke luar negeri untuk tujuan bekerja atau belajar.

Setelah mendapatkan kepercayaan luas di China, Sinopharm yang memiliki dua laboratorium biosecurity di Wuhan dan Beijing itu kemudian berupaya meningkatkan kapasitas produksinya dari 12 juta dosis menjadi 1 miliar dosis dalam satu tahun.

Sementara, Sinovac masih belum mengantongi izin edar di China (setidaknya sampai tulisan ini diturunkan), karena harus menunggu hasil uji klinis tahap ketiga di Brasil, Turki, dan Indonesia. Walau begitu Sinovac juga telah digunakan secara terbatas untuk keperluan darurat di tiga kota di Provinsi Zhejiang, yakni Yiwu, Jiaxing, dan Shaoxing.

Di China, sebenarnya bukan Sinopharm dan Sinovac saja, namun ada institusi lain, seperti CanSino yang sama-sama mengembangkan vaksin Covid-19. Namun, sampai sekarang memang baru Sinopharm yang sudah mendapatkan izin edar resmi secara terbatas.

Beberapa negara di Timur Tengah seperti Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Qatar, dan Bahrain juga menggunakan produk Sinopharm.

Sinovac dipilih Indonesia karena yang pertama dan paling rajin mengajukan penawaran. Dan, yang tidak kalah pentingnya adalah, kesedian Sinovac untuk mentransfer teknologi vaksin kepada Biofarma, mitranya di Indonesia.

Oleh karena itu, tidak heran jika pengiriman tahap ketiganya dari Beijing menuju Indonesia pada Selasa (12/1/2021) sebanyak 15 juta dosis dilakukan dalam bentuk curah sehingga bisa dikembangkan dan dikemas lebih lanjut oleh Biofarma.

Dikeluarkannya sertifikat halal oleh Majelis Ulama Indonesia dan keamanan penggunaan oleh Badan Pengawas Obat-obatan dan Makanan (BPOM) RI terhadap vaksin CoronaVac membuat Sinovac lega.

Vaksin CoronaVac yang disuntikkan kepada Presiden Joko Widodo pada Rabu (13/1/2021) makin menumbuhkan rasa percaya diri Sinovac. “Vaksin CoronaVac efektif dan aman,” ujar CEO Sinovac Biotech, Yin Weidong, dalam jumpa pers di Beijing setelah menyaksikan siaran langsung penyuntikan vaksin kepada Presiden Jokowi itu.

Dengan penuh keyakinan, dia pun menyebutkan bahwa tingkat efikasi vaksin buatannya di Turki mencapai 91,3 persen, sedangkan di Brasil dan Indonesia bisa mengatasi kasus infeksi ringan, masing-masing 78 persen dan 65,3 persen.

Sejauh ini, tidak ada laporan mengenai dampak serius dari vaksin buatan Sinovac itu. “Saya merasa normal saja, tidak ada rasa yang berbeda sebelum dan sesudah disuntik vaksin,"” kata Kepala Pusat Kesehatan TNI, Mayor Jenderal Tugas Ratmono, setelah disuntik CoronaVac.

“Saya enggak ada apa-apa, enggak ada bengkak, enggak pingsan, masih hidup, tetap ngegas,” ucap dr Tirta Mandira Hudhi, salah seorang influencer Jokowi, setelah menerima suntikan vaksin di Puskesmas Ngemplak, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Kamis (14/1/2021).

Imbauan vaksin pun makin meluas ke seantero Nusantara, baik melalui tanda pagar maupun foto diri di medsos dengan beraneka ragam nama institusi dan organisasi.

“Saya juga telah memerintahkan agar proses vaksinasi pada kurang lebih 181,5 juta rakyat Indonesia bisa diselesaikan sebelum akhir tahun 2021 ini,” kata Presiden Jokowi.

Jadi pemberitaan besar di China

Foto-foto Presiden Jokowi saat disuntik vaksin buatan Sinovac itu telah menghiasi berbagai media massa dan media sosial di China. Apalagi pada saat itu bersamaan dengan kunjungan Menteri Luar Negeri sekaligus Dewan Pemerintahan China, Wang Yi, ke Jakarta dengan agenda utama bertemu Presiden Jokowi.

Maka tidak heran jika kemudian Beijing memberikan dukungan penuh kepada Indonesia sebagai pusat produksi vaksin Covid yang dikembangkan China di kawasan Asia Tenggara. Sebelumnya, pemerintah China juga berharap peningkatan kerja sama pengembangan vaksin lebih lanjut.

China sangat ingin melanjutkan penguatan kerja sama dengan Indonesia, mendukung upaya antiepidemi. Selain itu, negara itu juga ingin bersama-sama mencukupi kebutuhan vaksin negara-negara berkembang dan negara-negara Islam dengan harga terjangkau.

Hal itu tentu saja membawa angin segar bagi produsen vaksin China, baik Sinovac, Sinopharm, maupun yang lainnya, di tengah berita keraguan akan kemanjurannya.

China pun tak lagi pusing dengan gunjingan media-media Barat yang membandingkan keampuhan vaksin Sinopharm dan Sinovac yang jauh berada di bawah Pfizer dengan tingkat efikasi di atas 90 persen.

Berita kematian 23 orang berusia lanjut di Norwegia yang diduga terkait dengan vaksin Pfizer seakan menjadi amunisi bagi media-media China untuk melakukan serangan balik terhadap media-media Barat.

“Kenapa media AS bungkam soal kematian akibat vaksin Pfizer?” demikian judul editorial Global Times edisi 15 Januari 2021.

Harian yang dikelola Partai Komunis China itu juga menurunkan seruan pakar agar menangguhkan penggunaan vaksin Pfizer di kalangan orang tua berusia lanjut.

Jika terbukti disebabkan oleh vaksin tersebut, maka efek samping vaksin Pfizer dan vaksin yang menggunakan metode mRNA lainnya tidak sebaik yang diharapkan karena tujuan utama pemberian vaksin mRNA adalah untuk menyembuhkan pasien, demikian pernyataan Yang Zhanqiu, virolog dari Wuhan University.

Otoritas China memang merekomendasikan vaksinasi untuk kalangan usia 18 hingga 59 tahun.

Editor: Ahmad Islamy Jamil

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut