Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Dubes Palestina: Israel Jatuhkan Bom di Gaza Setara 5 Kali Bom Atom Hiroshima
Advertisement . Scroll to see content

Kaleidoskop 2023: Hamas Bobol Pertahanan Israel dan Bergugurannya Warga Palestina di Gaza

Jumat, 29 Desember 2023 - 16:00:00 WIB
Kaleidoskop 2023: Hamas Bobol Pertahanan Israel dan Bergugurannya Warga Palestina di Gaza
Para pejuang Hamas melancarkan Operasi Banjir al-Aqsa pada Sabtu, 7 Oktober 2023. (Foto: AP)
Advertisement . Scroll to see content

GAZA, iNews.id – Sabtu, 7 Oktober 2023, konflik Palestina dan Israel memasuki babak baru. Pada hari itu, para pejuang Hamas melancarkan Operasi Banjir al-Aqsa. Mereka membobol perbatasan Israel, menghujani kota-kota zionis dengan roket, dan menangkapi lebih dari 200 warga, termasuk tentara Israel.

Komandan militer Hamas, Mohammad Deif menuturkan, serangan mendadak ke wilayah Israel yang berlangsung sejak pagi pada hari itu melibatkan 5.000 roket. Foto-foto yang beredar pun menunjukkan, serangan itu telah menyebabkan kerusakan di pemukiman Israel. 

Di Kota Ashkelon, banyak mobil terbakar akibat terkena serangan roket, sementara beberapa gedung juga mengalami kerusakan dan terbakar. Tak hanya itu, serangan roket Hamas juga mencapai Kota Tel Aviv, yang lokasinya jauh dari perbatasan Gaza. Roket tersebut berhasil merusak beberapa gedung dan menyebabkan kebakaran.

Meskipun sistem pertahanan udara Iron Dome milik Israel berusaha menghalau serangan roket itu, dampak kerusakan dan jatuhnya korban tak terelakkan di pihak Israel. Tampaknya, tidak semua roket yang ditembakkan dari Gaza bisa dicegat oleh Iron Dome, mungkin karena jumlah roket yang ditembakkan melebihi kapasitas sistem pertahanan zionis.

Tidak hanya melalui serangan roket, para pejuang Hamas juga melakukan serangan langsung dengan menyusup melalui perbatasan Israel. Menurut laporan militer Israel, beberapa kelompok bersenjata dari Gaza berhasil memasuki wilayah Israel tidak hanya melalui perbatasan darat, tetapi juga dengan menggunakan paraglide dan dari laut.

Metode serangan melalui infiltrasi semacam ini oleh Hamas belum pernah terjadi sebelumnya.

Serangan roket Hamas menyebabkan sejumlah mobil terbakar di Israel Selatan, Sabtu (7/10/2023). (Foto: Reuters)
Serangan roket Hamas menyebabkan sejumlah mobil terbakar di Israel Selatan, Sabtu (7/10/2023). (Foto: Reuters)

Menurut data yang dihimpun AFP, serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 menewaskan sediktinya 1.140 orang di Israel. Sebagian besar dari mereka adalah warga sipil. Para pejuang Palestina itu juga menyandera 250 orang, 129 di antaranya sampai hari ini masih berada di Gaza.

Sementara data yang dikumpulkan Reuters menyebutkan, jumlah kematian di pihak Israel pada hari itu mencapai 1.200 orang. Adapun jumlah orang yang ditawan Hamas sebanyak 240 orang.

Hamas menyatakan, Operasi Banjir al-Aqsa adalah bentuk pembalasan atas kejahatan Israel di Gaza, Yerusalem Timur, dan Tepi Barat. Sebelum berlangsungnya operasi tersebut, pasukan zionis tak henti-hentinya membantai warga sipil Palestina di wilayah-wilayah itu. Israel juga menahan ribuan orang Palestina dengan semena-mena.

Akan tetapi, Israel tak terima diserang oleh Hamas semacam itu. Pascaberlangsungnya Operasi Banjir al-Aqsa pada 7 Oktober itu, Israel langsung melancarkan pemboman udara besar-besaran dan pengepungan terhadap Jalur Gaza. Negara Yahudi itu bersumpah untuk melenyapkan Hamas sampai ke akar-akarnya. Beberapa pekan sesudahnya, tentara zionis pun menggelar invasi darat di wilayah kantong Palestina itu. 

Serangan Israel di Gaza tidak pandang bulu. Permukiman penduduk, sekolah-sekolah, rumah ibadah, bahkan rumah sakit tak luput dari sasaran penghancuran oleh zionis. 

Sampai hari ini, operasi militer Israel tersebut telah menewaskan sedikitnya 21.110 warga sipil Palestina. Sebagian besar dari mereka perempuan dan anak-anak, menurut Kementerian Kesehatan Gaza yang dikelola Hamas.

Tragedi kemanusiaan di Gaza telah memantik simpati dari berbagai belahan dunia. Beberapa di antaranya memberikan dukungan dalam bentuk aksi yang frontal. Sebut saja gerakan Hizbullah di Lebanon semakin gencar menyasar Israel di perbatasan  kedua negara. Sementara kelompok Houthi di Yaman bersumpah untuk menargetkan kapal-kapal milik Israel ataupun yang memiliki afiliasi dengan negara zionis itu.

Tidak hanya negara-negara di kawasan Timur Tengah dan dunia Islam, dukungan kepada Palestina juga mengalir dari sejumlah negara Amerika Latin. Bahkan, di Eropa, Spanyol tampil sebagai negara paling keras mengecam kekejaman Israel di Gaza.

AS pasang badan untuk Israel

Upaya untuk meredam konflik dan mencegah jatuhnya korban jiwa lebih banyak di kalangan warga sipil Palestina sudah dilakukan beberapa kali. Akan tetapi, upaya tersebut hampir selalu kandas. Memang sempat ada gencatan senjata sementara pada pekan terakhir November. Namun, setelah itu, Israel kembali menyerang Gaza secara membabi buta.

Pada awal-awal eskalasi konflik pada bulan Oktober, Dewan Keamanan PBB sempat mengajukan resolusi untuk gencatan senjata di Jalur Gaza. Resolusi yang pertama diusulkan oleh Rusia pada 18 Oktober dan sudah mendapat 12 dukungan dari anggota dewan. Namun resolusi yang menyerukan jeda kemanusiaan di Gaza itu di-veto oleh Amerika Serikat (AS).

Pada 25 Oktober, giliran Rusia dan China memveto rancangan resolusi yang diajukan AS. Resolusi itu berisi dukungan kepada Israel serta kecaman kepada Hamas.

Pada Jumat, 8 Desember 2023, AS lagi-lagi memveto resolusi Dewan Keamanan (DK) PBB yang meminta agar dilakukannya gencatan senjata di Gaza. Rancangan resolusi kali ini diajukan oleh Uni Emirat Arab (UEA). Hasil pemungutan suara menunjukkan, 13 anggota Dewan Keamanan PBB mendukung resolusi itu. Hanya AS yang menolak. Sementara Inggris abstain.

Pascagagalnya pengesahan resolusi DK PBB yang diajukan UEA, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan akan terus mengupayakan terwujudnya gencatan senjata kemanusiaan di Jalur Gaza. “Dewan Keamanan gagal melakukannya, namun tidak membuat hal ini menjadi tak penting. Saya tidak akan menyerah,” kata Guterres, Minggu 10 Desember, seperti dikutip Reuters.

Seperti diketahui, AS adalah pendukung utama Israel. Negara adidaya itu telah menggunakan hak vetonya secara berulang untuk mendukung dan melindungi Israel dalam konflik dengan Palestina.

Menurut catatan, sejak 1945, terdapat 36 resolusi Dewan Keamanan PBB yang berkaitan dengan konflik Israel-Palestina yang diveto oleh salah satu dari lima anggota tetap DK PBB, yaitu AS, Rusia, China, Inggris, dan Prancis. Dari jumlah tersebut, 34 resolusi diveto oleh AS. Sementara Rusia dan China masing-masing menggunakan hak veto pada dua resolusi.

Berdasarkan fakta tersebut, menjadi jelas bahwa AS begitu gigih membela zionis sembari menutup mata atas kekejaman Israel yang membantai puluhan ribu warga Palestina. Sementara, China dan Rusia menyikapi konflik dengan lebih mengutamakan akal sehat. Kedua negara itu bahkan menolak melabeli para pejuang Hamas sebagai teroris—seperti yang dilakukan negara-negara Barat dan Israel.

Ketidakberdayaan PBB

AS tak sekadar membela Israel lewat penggunaan hak vetonya di DK PBB. Selama perang di Gaza berlangsung, Washington DC juga terus memasok senjata mematikan ke Tel Aviv yang digunakan tentara zionis untuk membantai penduduk Palestina.

Sementara PBB seperti tak berdaya untuk menghentikan kebrutalan Israel. Bahkan, data terakhir menunjukkan, pekerja Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina di Timur Dekat (UNRWA) yang tewas di Jalur Gaza terus bertambah akibat serangan zionis. Hingga Minggu (24/12/2023) lalu, jumlahnya telah mencapai 142 orang.

Area luas di Gaza kini telah menjadi tanah yang tidak berpenghuni. Menurut PBB, sekitar 80 persen populasi di wilayah kantong Palestina itu telah mengungsi, menghadapi kekurangan makanan, bahan bakar, air, dan obat-obatan, bersamaan dengan ancaman penyakit.

“Hukum kemanusiaan internasional semestinya mencakup kewajiban untuk melindungi warga sipil,” kata Guterres.

Sementara itu, pihak ketiga seperti Qatar, Arab Saudi, dan Mesir terus berusaha menggunakan jalur diplomasi demi mencapai kesepakatan gencatan senjata dan pertukaran tawanan atau tahanan antara Israel dan Hamas.

Perang panjang di Gaza

Dengan melenyapkan Hamas, AS dan Israel berharap Gaza dapat dipimpin kelompok Fatah yang saat ini memerintah Palestina di Tepi Barat. Namun, pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh, menganggap ambisi Amerika dan zionis itu khayalan belaka.

“Setiap pengaturan di Gaza atau dalam masalah Palestina tanpa Hamas atau faksi perlawanan adalah khayalan,” kata Haniyeh seperti dikutip dari AFP pada 14 Desember.

Di lain pihak, Israel pun mengakui perang mereka terhadap Hamas kemungkinan akan berlangsung panjang. Ini tidak seperti yang dibayangkan rezim zionis sebelumnya, bahwa mereka akan dengan mudah memusnahkan kelompok pejuang Palestina itu dengan cara meluluhlantakkan Gaza.

“Perang akan berlangsung selama berbulan-bulan dan kami akan menggunakan metode berbeda untuk mempertahankan pencapaian kami dalam jangka panjang,” kata Kepala Staf Umum Pasukan Pertahanan Israel (IDF), Herzi Halevi, kepada wartawan dalam pernyataan yang disiarkan televisi di perbatasan Gaza, Selasa (26/12/2023). 

“Tidak ada solusi ajaib, tidak ada jalan pintas dalam membongkar organisasi teroris, yang ada hanyalah perjuangan yang gigih dan gigih,” klaimnya sembari melabeli para pejuang Hamas sebagai teroris. 

“Kami juga akan menghubungi kepemimpinan Hamas, baik dalam waktu seminggu atau beberapa bulan,” ujarnya. 

Peningkatan kekerasan di Tepi Barat

Seiring dengan mencuatnya eskalasi konflik antara Israel dan Hamas di Gaza, kekerasan yang dilakukan para pemukim ekstremis Yahudi terhadap warga Palestina di Tepi Barat juga meningkat. PBB menyatakan, situasi hak asasi manusia di Tepi Barat yang diduduki memburuk dengan cepat. 

Lewat laporan yang dirilis Kantor HAM PBB (OHCHR) pada Kamis (28/12/2023), organisasi antarbangsa itu menuntut Israel agar segera mengakhiri penggunaan senjata dan sarana militer selama operasi penegakan hukum. PBB juga meminta Tel Aviv menyudahi penahanan sewenang-wenang dan perlakuan buruk terhadap warga Palestina, serta mencabut pembatasan pergerakan yang diskriminatif.

“Penggunaan taktik dan senjata militer (oleh Israel) dalam konteks penegakan hukum, penggunaan kekuatan yang tidak perlu atau tidak proporsional, dan penegakan pembatasan pergerakan yang luas, sewenang-wenang dan diskriminatif yang berdampak pada warga Palestina sangatlah meresahkan,” kata Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia, Volker Turk, dalam sebuah pernyataan.

“Intensitas kekerasan dan penindasan seperti ini belum pernah terlihat selama bertahun-tahun,” ujarnya.

Laporan OHCHR mendokumentasikan situasi HAM di Tepi Barat dan Yerusalem Timur sejak 7 Oktober hingga 20 November 2023. Terdapat peningkatan tajam serangan udara serta serangan ke kamp-kamp pengungsi dan daerah padat penduduk lainnya, yang mengakibatkan kematian dan luka/cedera pada warga Palestina, serta kerusakan parah pada infrastruktur sipil.

Laporan itu juga melihat adanya peningkatan tajam serangan para pemukim Yahudi, termasuk penembakan, pembakaran rumah dan kendaraan, dan penebangan pohon milik warga Palestina.

Turk pun mendesak Israel untuk mengakhiri kekerasan pemukim Yahudi terhadap penduduk Palestina, dan menyelidiki semua insiden kekerasan yang dilakukan oleh para pemukim dan pasukan keamanan Israel. Ini penting dilakukan untuk memastikan perlindungan yang efektif terhadap masyarakat Palestina dari segala bentuk penggusuran paksa, serta serangan berulang-ulang oleh pemukim Yahudi bersenjata.

OHCHR mengungkapkan, pihaknya telah memverifikasi kematian 300 warga Palestina dari 7 Oktober hingga 27 Desember di Tepi Barat dan Yerusalem Timur. Di antara korban tewas itu terdapat 79 anak-anak.

Dari 300 kematian tersebut, tentara Israel membunuh sedikitnya 291 warga Palestina. Berikutnya, pemukim Yahudi membunuh delapan orang lainnya. Sementara sisanya, satu warga Palestina dibunuh oleh antara tentara Israel atau pemukim Yahudi.

OHCHR menyatakan, sebelum 7 Oktober, sebanyak 200 warga Palestina telah terbunuh di Tepi Barat dan Yerusalem Timur pada 2023 saja. Menurut mereka, itu adalah jumlah tertinggi dalam periode 10 bulan sejak PBB mulai mencatat pembunuhan oleh Israel terhadap warga Palestina pada 2005.

Editor: Ahmad Islamy Jamil

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut