Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Bombardir Gaza hingga Tewaskan 91 Orang, Israel Kembali ke Gencatan Senjata
Advertisement . Scroll to see content

Kasus Islamofobia di Inggris Meningkat 430 Persen selama Konflik Israel- Palestina

Selasa, 25 Mei 2021 - 18:27:00 WIB
Kasus Islamofobia di Inggris Meningkat 430 Persen selama Konflik Israel- Palestina
Ilustrasi perundungan terhadap Muslim di Inggris. (Foto: Ist.)
Advertisement . Scroll to see content

LONDON, iNews.id – Fenomena kebencian anti-Muslim dan Islamofobia di Inggris dilaporkan meroket tajam sebesar 430 persen pada 8-17 Mei, dibandingkan dengan pekan sebelumnya. Kelompok pemantau asal Inggris, Tell Mama UK mengatakan, lonjakan tersebut tampaknya dipengaruhi oleh eskalasi konflik antara Israel dan Palestina, beberapa waktu lalu.

Kelompok itu mengungkapkan, ada 13 laporan terkait serangan bernuansa Islamofobia pada rentang 1-7 Mei. Namun, ada minggu berikutnya, jumlah serangan sejenis meningkat drastis sebanyak 56 laporan.

“Menyusul lonjakan tersebut, kami telah dan terus mengamati sejumlah laporan terkait contoh-contoh perundungan rasialis di kalangan pelajar. Dan dalam beberapa kasus, komentar-komentar yang mengkhawatirkan dan sepenuhnya tidak dapat diterima justru datang datang dari staf dan manajemen di beberapa sekolah terhadap siswa,” kata kelompok tersebut, dikutip dari Anadolu, Selasa (25/5/2021).

Mengutip Undang-Undang Kesetaraan 2010 yang berlaku di Inggris,  Tell Mama UK mengingatkan bahwa badan-badan publik termasuk sekolah sudah seharusnya mampu menghapus diskriminasi, di samping memajukan kesetaraan di tengah-tengah masyarakat yang beragam. Setiap institusi publik juga harus berusaha membina hubungan yang positif dan baik di antara keragaman tersebut.

“Kami mendesak penyelidikan penuh atas insiden-insiden semacam itu,  di samping keterlibatan komunitas yang berarti, dan pelatihan untuk memastikan kepatuhan terhadap undang-undang kesetaraan ke depan, untuk memahami bagaimana bahasa yang berbahaya berdampak pada siswa dan komunitas yang lebih luas,” ungkap Tell Mama.

“Para guru juga harus memberi contoh dengan mengingatkan siswa bahwa intimidasi, rasisme, Islamofobia, dan bentuk kebencian lainnya tidak akan ditoleransi,” kata kelompok pemantau itu lagi.

Ketegangan meningkat di seluruh wilayah Palestina bulan lalu, menyusul keputusan pengadilan Israel untuk mengusir keluarga Palestina dari rumah mereka di lingkungan Sheikh Jarrah agar bisa ditempati para pemukim Yahudi zionis. Situasi memburuk setelah aparat Israel menggerebek Masjid al-Aqsa dan menyerang jamaah Muslim di dalamnya.

Konflik kemudian menyebar ke Jalur Gaza. Israel melancarkan serangan udara yang menewaskan sedikitnya 248 warga Palestina, termasuk 66 anak-anak dan 39 perempuan, serta melukai lebih dari 1.900 lainnya. Otoritas kesehatan di Tepi Barat juga mengonfirmasi 31 orang Palestina di tangan zionis. Dengan begitu, total ada 279 orang di seluruh wilayah Palestina yang kehilangan nyawa akibat kebrutalan Israel.

Dua belas orang Israel juga tewas dalam tembakan roket Palestina dari Jalur Gaza.

Setidaknya 2.000 bangunan hancur total dan 15.000 bangunan lainnya rusak pascaserangan Israel di Gaza. Empat masjid dan puluhan kantor polisi juga hancur total dalam serangan itu. Banyak pula pabrik di kawasan industri Gaza yang rusak seusai digempur Israel.

Israel menduduki Yerusalem Timur, lokasi tempat Masjid al-Aqsa berada, selama Perang Arab-Israel 1967. Negara Yahudi itu mencaplok seluruh Kota Yerusalem pada 1980 dalam sebuah tindakan yang tidak pernah diakui oleh komunitas internasional.

Editor: Ahmad Islamy Jamil

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut