Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : 61 Tentara Israel Tewas Bunuh Diri sejak Perang di Gaza
Advertisement . Scroll to see content

Kenapa Gaza Tak Bisa Dikuasai Israel? Ini Analisis Pakar dan Pejabat Negara Barat

Kamis, 15 Agustus 2024 - 14:07:00 WIB
Kenapa Gaza Tak Bisa Dikuasai Israel? Ini Analisis Pakar dan Pejabat Negara Barat
Kenapa Gaza tak bisa dikuasai Israel? Para pakar Barat memberikan penjelasan (Grafis: AP)
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id - Kenapa Gaza tak bisa dikuasai Israel? Pertanyaan ini kerap muncul saat perang Israel-Hamas pecah, terutama sejak serangan pada 7 Oktober 2023. Bicara tentang Jalur Gaza, maka tak bisa dilepaskan dari penguasanya, yakni Hamas.

Hamas menguasai Gaza setahun setelah memenangkan pemilu Palestina pada 2006. Gerakan tersebut juga mengusir Fatah yang dipimpin Mahmoud Abbas yang kini menguasai Tepi Barat.

Israel sebenarnya sempat menduduki Gaza, namun hanya bertahan sampai 2005 setelah meletusnya gerakan Intifada. Penduduk Gaza melakukan perlawanan terhadap tentara Zionis dan pemukim Yahudi ilegal di Gaza, termasuk dengan melakukan aksi bom bunuh diri.

Israel membalas dengan melakukan serangan udara, penembakan, serta menghancurkan bangunan. Salah satu serangan yang heboh saat itu adalah gempuran Zionis terhadap bandara Gaza yang baru diresmikan pada 1998. Padahal, bandara itu menjadi satu-satunya harapan warga Gaza untuk membangun perekonomian secara independen.

Selain itu Israel juga membatasi area penangkapan ikan bagi nelayan Gaza yang mengancam sumber pendapatan dan ekonomi penduduknya.

Kemuian pada Agustus 2005 Israel menarik seluruh pasukan dan warga Yahudi dari Gaza dan mengisolasi wilayah itu dengan mendirikan tembok dan pagar pembatas.

Kenapa Gaza Tak Bisa Dikuasai Israel?

Sejak Gaza diblokade pada 2007, Hamas dan beberapa kelompok pergerakan lainnya, seperti Jihad Islam, terus melawan Israel. Di sinilah terlihat perbedaan antara Hamas dan Fatah. Hamas memperjuangkan kemerdekaan Palestina dengan mengagkat senjata untuk mencegah Israel merebut tanah walau sejengkal, sementara Fatah lebih mengutamakan diplomasi.

Bentuk perjuangan Hamas itu ternyata didukung oleh sebagian besar warga Gaza. Bahkan warga dengan sukarela bergabung dengan sayap militer Hamas, Brigade Izzuddin Al Qassam, untuk memperjuangkan kemerdekaan dan melawan penindasan penjajah Israel.

Tak heran jika Hamas kelamaan, tak sekadar dipandang sebagai gerakan atau organisasi, melainkan ide, gagasan, atau sistem. Inilah yang menjadi landasan bagi para pakar negara Barat, bahkan para petinggi militer Israel bahwa Hamas tak akan bisa dikalahkan atau dilenyapkan.

Mantan pejabat Badan Intelijen Pusat Amerika Serikat (CIA) Ralph Goff mengatakan, serangan Israel ke Gaza selama 10 bulan mampu melemahkan Hamas, tapi tak menghancurkannya.

“Hamas sebagian besar terkuras tapi tidak musnah, dan Israel mungkin tidak akan pernah bisa memusnahkan Hamas secara total,” kata Goff, kepada surat kabar The New York Times, dikutip Kamis (15/8/2024).

Joseph L Votel, mantan kepala Komando Pusat Angkatan Darat AS, mengatakan Israel tak akan bisa membebaskan sandera di Gaza meski telah membunuh atau menangkap banyak pejabat Hamas. Ini karena sistem di organisasi sudah terbentuk dan teruji menghadapi situasi perang seperti saat ini.

Menurut Votel, hanya negosiasi yang bisa membebaskan tawanan Israel di Gaza.

Wakil Menteri Luar Negeri AS Kurt Campbell pada Mei lalu mengatakan, tak melihat kemungkinan Israel bisa mencapai kemenangan total di Gaza.

“Dalam beberapa hal, kita berjuang mengenai apa itu teori kemenangan. Terkadang ketika kita mendengarkan dengan saksama para pemimpin Israel, mereka kebanyakan berbicara tentang ide kemenangan besar di medan perang, kemenangan total,” kata Campbell, di saat bicara di KTT Pemuda NATO di Miami, Florida. 

Dia yakin rencana Israel tak akan pernah terwujud. Campbell membandingkannya dengan perang di Afghanistan setelah serangan 11 September 9/11 di AS. 

Setelah penduduk sipil direlokasi dan terjadi kekerasan, muncul lagi pemberontakan-pemberontakan lanjutan. Menurut dia, dibutuhkan solusi politik untuk menyelesaikan perang melawan Hamas, bukan perang.

“Saya kira kita memandang bahwa harus ada lebih banyak solusi politik. Yang berbeda dari masa lalu, banyak negara ingin bergerak menuju solusi politik yang lebih menghormati hak-hak warga Palestina. Saya rasa ini sebenarnya tidak lebih sulit,” ujarnya.

Bukti lain dari solidnya Hamas adalah tak ada istilah tidur dalam perlawanan. Ini terbukti dari serangan yang terus muncul di Gaza terhadap pasukan Israel. Pasukan Zionis telah menduduki wilayah utara Gaza di masa awal serangan, namun ketika mereka bergerak ke selatan, sel-sel Hamas di utara hidup kembali melakukan perlawanan.

Ini memaksa pasukan Israel yang sudah dikerahkan ke selatan kembali lagi ke utara, seperti di kamp pengungsi Jabaliya. Ini juga terjadi di selatan, Khan Younis. Begitu tentara Israel yakin telah menguasai sepenuhnya lalu pindah ke Rafah, perlawanan di Khan Younis hidup kembali.

Di saat yang sama, saat digempur habis-habisan, para pejuang Hamas masih bisa meluncurkan serangan roket ke Tel Aviv, wilayah terdalam Israel.

Namun Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu tetap mengotot Hamas bisa dikalahkan. Tidak heran jika para pengamat menyebut Netanyahu telah membawa Israel ke perang yang tak ada ujungnya. Sikap keras kepala Netanyahu itu juga membawa perpecahan di internal pemerintahan, bahkan dengan Menteri Pertahanan Yoav Gallant.

Dia mendesak penjelasan dari Netanyahu mengenai arah perang di Gaza ke depannya. Selain itu militer Israel berpacu dengan waktu untuk membebaskan para sandera yang ditahan Hamas dan para pejuang lain sejak 7 Oktober. 

Tentangan hebat juga datang dari oposisi serta warga Israel. Mereka mendesak pemilu dipercepat untuk melengserkan Netanyahu dari posisinya serta mengganti kabinet dari dominasi sayap kanan yang justru menikmati perang.

Editor: Anton Suhartono

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut