Ketua Partai Komunis Ditemukan Tewas di Sungai

CHENGDU, iNews.id – Ketua Partai Komunis China di Universitas Chengdu yang dilaporkan hilang sejak Kamis (15/10/2020) akhirnya ditemukan tewas pada Jumat (16/10/2020). Jasad pria itu ditemukan di aliran Sungai Jing'an, Distrik Wenjiang, kemarin pada pukul 06.00 waktu setempat (05.00 WIB).

Mayat itu telah dikonfirmasi oleh pihak kepolisian sebagai Mao Hongtao yang menjabat sebagai ketua partai berkuasa di kampus tersebut. Polisi menduga korban tewas setelah tenggelam, namun sampai saat ini masih dalam penyebab pasti kematian masih dalam penyelidikan.

Baca Juga

Pakar Militer: Armada Kapal Perang China Sedang Mendekat untuk Intimidasi Australia

Kasus Mao menarik perhatian publik setelah beberapa unggahan mengarahkan dugaan korban sedang menghadapi tekanan pekerjaan. Mao, yang lahir pada 1970, adalah mantan wali kota Meishan, sebuah kota yang berada sekitar 80 kilometer dari Ibu Kota Provinsi Sichuan, Chengdu.

Sebagai pejabat tinggi akademik jurusan akuntansi, Mao mendapat kunjungan khusus dari Dewan Pemerintahan China, demikian riwayat hidup korban yang diunggah di laman kampus.

Baca Juga

AS ke ASEAN: Jangan Biarkan Partai Komunis China Menginjak-injak Kita

Mengutip beberapa unggahan status di WeChat, sejumlah media lokal menduga Mao berada dalam tekanan pekerjaan yang dibuktikan dengan pengakuannya hendak mengakhiri hidupnya sehingga memicu spekulasi mengenai alasan dia menghilang. Beberapa warganet bahkan menanyakan kemungkinan konflik dan persoalan manajemen mengingat kampus tersebut sering merombak posisi ketua partai.

Pada Kamis (15/10/2020) pagi, unggahan Mao telah menyita perhatian warganet. “Kami segera membentuk kelompok kerja khusus yang bekerja sama dengan aparat untuk melakukan investigasi,” demikian unggahan pihak universitas pada Kamis (15/10/2020) sore di Sina Weibo.

Baca Juga

Presiden China Xi Jinping Sebut Tak Ada yang Bisa Pisahkan Partai Komunis dengan Rakyat

Hingga Jumat malam, berita kematian pimpinan Universitas Chengdu di Sina Weibo telah dilihat 100 juta kali.

Editor: Ahmad Islamy Jamil