Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Prabowo Ingin Datangkan Guru dari Selandia Baru, Ajarkan Calon PMI Bahasa Inggris
Advertisement . Scroll to see content

Kisah Kengerian Letusan Gunung di White Island Selandia Baru, Kulit Terkelupas akibat Abu Panas

Rabu, 11 Desember 2019 - 16:21:00 WIB
Kisah Kengerian Letusan Gunung di White Island Selandia Baru, Kulit Terkelupas akibat Abu Panas
Lillani Hopkins (kanan) dan ayahnya Geoff berpose sebelum gunung meletus (Foto: AP)
Advertisement . Scroll to see content

WELLINGTON, iNews.id - Turis Selandia Baru yang selamat dalam letusan gunung di White Island, Selandia Baru, mengisahkan kengerian peristiwa yang terjadi pada Senin (9/12/2019).

Gunung yang 70 persen tubuhnya berada di bawah laut itu erupsi saat sekitar 50 turis mancanegara dan lokal sedang berada di lokasi.

Sejauh ini enam orang dinyatakan tewas dan delapan orang hilang. Namun kepolisian Selandia Baru menegaskan tak ada harapan korban hilang ditemukan dalam kondisi hidup. Sementara itu pemerintah Australia menyatakan 11 warganya hilang dan 13 lainnya masih dirawat di rumah sakit.

Turis bernama Lillani Hopkins mengisahkan, saat itu dia dan ayahnya, Geoff, sedang berada di kapal tak jauh dari gunung. Perempuan 22 tahun itu mengajak ayahnya yang juga seorang pendeta berwisata dengan kapal pesiar sebagai hadiah ulang tahun ke-50.

Keduanya dan anggota rombongan lain sempat berjalan-jalan di pulau yang tak lain bagian puncak dari gunung.

Dikutip dari Associated Press, Rabu (11/12/2019), sebelum letusan terjadi, Lillani bertanya kepada pemandu apa yang harus mereka lakukan jika gunung benar-benar meletus. Sang pemandu menjawab, semua turis harus lari ke kontainer. Di dalamnya penuh dengan persediaan logistik sebagai antisipasi.

Setelah 90 menit berjalan-jalan, kelompok Lillani kembali ke kapal untuk menuju kapal pesiar. Namun saat kapalnya baru beberapa puluh meter meninggalkan lokasi, gunung meletus.

Geoff melihat kejadian itu dan sempat menepuk pundak Lillani, saat itu dia belum menyadari apa yang terjadi. Menurut Lillani, suara letusan begitu lemah, kalah dengan deru mesin kapal yang mengangkut turis dari kapal pesiar ke gunung.

Saat berbalik, Lillani melihat awan tebal dan besar menyemburkan abu dan uap ke udara. Dia lalu mengambil telepon dari tas ayahnya untuk merekam kejadian. Namun tak lama kemudian bebatuan dan abu turun dari tebing gunung di kapal, mengubah kekagumannya menjadi ketakutan.

Beruntung pemandu wisata memberikan mereka helm dan masker gas sebelum kejadian sebagai antisipasi jika kesulitan bernapas. Pemandu memberi tahu bahwa sulfur dioksida dan gas lain di pulau itu bisa menjadi asam ketika bercampur dengan air liur.

Para kru lalu menyuruh mereka turun dari dek setelah mereka terkena paparan abu panas. Lillani dan ayahnya, yang memiliki kemampuan melakukan pertolongan pertama, membantu dua dokter yang dibawa untuk melayani para turis.

Lillani mengaku belum pernah melihat luka seperti itu. Kulit para korban terbakar, tak ada seinci pun yang luput dari paparan, sekalipun di balik pakaian.

Wajah mereka diselimuti abu, termasuk mata sehingga mereka tidak bisa melihat. Lidah mereka kaku sehingga sulit bicara. Beberapa dari mereka memaksakan diri berteriak karena merasakan sakit.

Lillani mencoba membantu para korban untuk mengurangi rasa sakit dan membersihkan debu vulkanik dengan membasuhkan air. Dia membilas mulut, mata, dan menuangkan air sebanyak mungkin ke bagian kulit yang terbakar.

Menurut Lillani, luka bakar yang dialami para korban parah sampai membuat kulit terkelupas. Abu panas menembus pakaian sehingga Lillani harus merobek untuk bisa mengobati.

Namun ternyata air yang dibasuh ke bagian luka tak menghilangkan rasa sakit, bahkan justru membuat semakin parah. Dalam kondisi itu, banyak turis yang bahkan menanggalkan pakaian dalam untuk dijadikan kain pembasuh, sehingga air tak langsung mengenai tubuh yang luka.

Letusan gunung di White Island merupakan akumulasi dari menumpuknya aktivitas di bawah permukaan kawah. Tekanan selama berbulan-bulan membentuk kubah yang kemudian memuntahkan isinya menjadi material abu dan batu. Suhu di lokasi saat letusan sangat panas, sekitar 150 derajat Celcius.

Bebatuan besar seukuran bola berjatuhan seperti hujan. Tak hanya padat, bebatuan itu juga sangat panas.

Saat itu ada 47 wisatawan di yang berada di gunung White Island, yakni 24 dari Australia, sembilan dari Amerika Serikat, lima warga Selandia Baru, dan lainnya dari Jerman, Inggris, China, dan Malaysia.

Mereka umumnya sedang melakukan perjalanan dengan kapal pesiar Royal Caribbean, Ovation of the Seas.

Otoritas vulkanologi Selandia Baru GeoNet sudah memperingatkan potensi bahaya pada gunung yang terakhir meletus pada 2016 itu. Tiga pekan sebelumnya, GeoNet meningkatkan status gunung dari siaga 1 menjadi 2 dari skala 5.

Disebutkan, ketinggian air di danau kawah telah meningkat sejak Agustus dan bahwa selama beberapa pekan sebelumnya telah terjadi peningkatan gas sulfurdioksida berasal dari magma jauh di perut gunung.

Editor: Anton Suhartono

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut