BERLIN, iNews.id - Yannik Weis merupakan mahasiswa Jerman yang sedang studi di China, ketika virus korona menyebar dari kota metropolitan Wuhan. Dia salah satu dari sekitar 120 orang yang dibawa ke pangkalan militer di Gemersheim untuk masa karantina selama 14 hari.
Seperti Yannik, kebanyakan warga yang dikarantina berada dalam keadaan sehat. Namun kepada Deutsche Welle, dia mengakui situasi karantina dan ancaman virus korona membuat mereka menjadi stres.
Siap Perang dengan Rusia, Negara NATO Ini Undang 149.000 Anak Muda Ikut Wajib Militer
"Kalau mau ke luar kamar, kita selalu harus pakai masker. Kita memang boleh ke luar, jalan-jalan di udara segar, tapi sepanjang waktu harus pakai masker," kata Yannik Weis.
Mereka ditempatkan di sebuah barak militer yang khusus disiapkan untuk karantina medis.
Bayi 9 Bulan Jadi Pasien Termuda Virus Korona di China
Kini di Jerman ada 14 kasus virus corona. Dua orang yang turut dievakuasi dari Wuhan kini terbukti mengidap virus korona. Keduanya kini dirawat di sebuah rumah sakit di Frankfurt.
"Tidak ada simtom yang terlihat pada kedua pasien, mereka keduanya sehat ", kata Ketua Dinas Kesehatan Frankfurt, Rene Gottschalk.
Bocah 4 Tahun di Malaysia Sembuh dari Virus Korona, Diizinkan Pulang dari RS
Hingga saat ini, di Jerman, tercatat ada 12 kasus infeksi virus corona, termasuk 2 anak-anak.
Yannik Weis juga tidak khawatir terjangkit virus korona ketika berada di pesawat yang mengevakuasi mereka.
"Semua orang di pesawat pakai masker selama perjalanan. Jadi saya pikir, risiko terinfeksi di sana sangat kecil," tuturnya.
Dia sendiri setuju dengan kebijakan karantina, karena dianggap penting untuk menghentikan kemungkinan penyebaran wabah.
Yannik Weis menceritakan, Wuhan adalah kota yang sangat hidup, sebelum munculnya wabah korona.
"Di mana-mana kelihatan banyak orang, penuh dengan manusia. Tapi setelah (ada wabah) itu, mendadak jalan-jalan kosong," kata Weis.
Dia mengatakan, meskipun ada perubahan situasi yang mendadak seperti itu dalam kehidupan sehari-hari di Wuhan, penduduk bereaksi dengan tenang dalam situasi itu.
"Semua orang tenang saja, tidak ada kepanikan," kata dia.
China secara efektif menutup Kota Wuhan dan beberapa kota metropolitan lain dalam upaya menghentikan penyebaran virus.
Hingga saat ini, pemerintah China mengumumkan sedikitnya 490 orang meninggal dan lebih 23.000 orang terinfeksi. Angka kematian ini sudah melampaui kasus epidemi SARS, yang antara 2002-2003 menewaskan 249 orang.
Namun menurut para ahli, virus korona tidak seganas virus SARS, yang lebih mematikan.
Editor: Nathania Riris Michico
- Sumatra
- Jawa
- Kalimantan
- Sulawesi
- Papua
- Kepulauan Nusa Tenggara
- Kepulauan Maluku