Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : RI Beli Hotel dan Lahan di Makkah untuk Kampung Haji, Jaraknya 2,5 Km dari Masjidil Haram
Advertisement . Scroll to see content

Konflik di Sri Lanka, dari Bentrok Antaragama hingga Krisis Politik

Senin, 22 April 2019 - 11:35:00 WIB
Konflik di Sri Lanka, dari Bentrok Antaragama hingga Krisis Politik
Petugas menjaga Gereja St Anthony di Kolombo (Foto: AFP)
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id - Serangan bom yang menargetkan hotel dan gereja di Sri Lanka, Minggu (21/4/2019), menimbulkan pertanyaan besar, mengapa umat Krisitiani dan kepentingan asing yang disasar.

Padahal, umat Kristiani terbilang tak pernah terlibat dalam konflik sektarian dan jumlahnya hanya 6 persen saja dari total populasi.

Sejarah konflik di masa lalu tak banyak mengaitkan dengan umat Kristiani, melainkan Budha sebagai agama yang dianut lebih dari 70 persen warga Sri Lanka.

Selain itu populasi Sri Lanka diisi oleh sekitar 12 persen penganut Hindu dan Islam yang pemeluknya tak sampai 10 persen.

Karena itu tak heran jika Pemerintah Sri Lanka mencoba mengurai benang kusut di balik serangan brutal ini dengan meminta bantuan internasional. Sejauh ini belum ada pihak yang bertanggung jawab, meskipun otoritas keamanan sudah menangkap 13 orang.

Terlepas dari itu, masa lalu Sri Lanka sebenarnya dipenuhi dengan kekerasan berdarah yakni perang saudara melibatkan etnis mayoritas Budha.

Negara di Asia Selatan ini mengalami perang saudara yang berlangsung selama hampir 30 tahun sebelum berakhir pada 2000-an. Setelah itu Sri Lanka telah menikmati masa relatif tenang sampai ledakan di delapan lokasi pada Minggu kemarin yang sejauh ini menewaskan 207 orang.

Berikut sejarah singkat konflik Sri Lanka sebagaimana dikutip dari The New York Times, Senin (22/4/2019):

Negara ini memperoleh kemerdekaan dari Inggris pada 1948 sebagai Ceylon sebelum berubah menjadi Republik Sri Lanka pada 1972.

Sejak itu perjalanan Sri Lanka diwarnai oleh ketegangan sektarian, termasuk yang terjadi baru-baru ini yakni persaingan antara etnis China dan India.

Saat ini populasi Sri Lanka mencapai 22 juta orang, berasal dari komunitas beragam. Lebih dari 70 persen penduduknya beragama Budha.

Etnis Sinhala yang menganut Budha mulai khawatir dengan berkembangnya kelompok minoritas, terutama muslim. Selain jumlah muslim terus bertambah, mereka juga mulai menguasai sektor ekonomi.

Konflik antara Budha dengan agama minoritas tak hanya terjadi dengan muslim. Jauh sebelumnya, etnis Sinhala yang juga menguasai pemerintahan, mengekang minoritas Macan Tamil, yang sebagian besar memeluk Hindu. Konflik ini menyebabkan perang saudara pada 1980-an.

Macan Tamil, kelompok bersenjata yang mengidentifikasi diri mereka sebagai sekuler, melancarkan serangan mematikan, termasuk melakukan bom bunuh diri. Sebagai balasan, tentara Sri Lanka melakukan serangan brutal berfokus pada basis kekuatan Macan Tamil di timur laut negara itu.

Perang saudara berakhir pada 2009 setelah operasi militer besar-besaran mampu mengalahkan Macan Tamil dan membunuh pemimpinnya.

Tidak ada data korban jiwa yang pasti, namun PBB memperkirakan sebanyak 40.000 warga sipil tewas dalam perang saudara selama hampir 3 dekade itu.

Sejak perang saudara berakhir sampai saat ini masih banyak anggota Macan Tamil yang mencari ribuan anggota keluarga mereka yang hilang. Tak hanya itu mereka juga berusaha merebut kembali tanah yang masih dikuasai militer.

Munculnya kelompok nasionalis Budha Sinhala, membuat perpecahan sektarian terus tumbuh. Bahkan negara ini mengalami gelombang kekerasan terbaru, seperti terjadi tahun lalu di mana sekelompok umat Buddha menyerang rumah-rumah muslim dan membakar pusat-pusat ekonomi warga di Distrik Kandy.

Selain itu Sri Lanka juga mengalami krisis politik yang mencapai puncaknya tahun lalu. Upaya menggulingkan perdana menteri menimbulkan krisis konstitusi berlarut-larut yang mengancam perpecahan serta menimbulkan kekerasan. Negara tersebut pernah memiliki dua perdana menteri yang diumumkan di saat bersamaan.

Presiden Maithripala Sirisena memutuskan memberhentikan Ranil Wickremesinghe sebagai perdana menteri pada Oktober 2018. Sebagai pengganti, dia menunjuk mantan presiden dan orang kuat Mahinda Rajapaksa.

Namun ternyata Rajapaksa tak punya dukungan suara yang cukup di parlemen untuk menguatkan posisinya sebagai perdana menteri.

Krisis pemerintahan selama 2 bulan membuat pemerintahan mandek. Bentrokan silih berganti terjadi di jalan-jalan, di mana ribuan pendukung dari kedua kubu saling berhadapan. Bahkan keributan menjalar ke parlemen, di mana anggotanya saling baku hantam.

Krisis ini berujung pada pengunduran diri Rajapaksa dan naiknya Wickremesinghe menjadi perdana menteri sampai sekarang.

Editor: Anton Suhartono

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut