Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Yordania Kirim Jet Tempur Bantu Amerika Gempur ISIS di Suriah
Advertisement . Scroll to see content
Advertisement . Scroll to see content

SEOUL, iNews.id - Korea Utara (Korut) membantah laporan yang menyebut pihaknya bekerja sama dengan Suriah untuk memproduksi senjata kimia. Korut menganggap tuduhan itu sebuah rekayasa yang dibuat Amerika Serikat (AS) untuk menekan mereka.

Pemerintah Korut, sebagaimana dilaporkan kantor berita KCNA melaporkan, menuding AS membuat argumen tidak masuk akal dengan menuduh mereka membantu Suriah memproduksi senjata kimia.

"Seperti yang telah kami katakan dengan jelas beberapa kali, negara kami tidak mengembangkan, memproduksi, dan menimbun senjata kimia dan menentang senjata kimia itu sendiri," kata juru bicara lembaga penelitian Amerika, Kementerian Luar Negeri Korut, seperti diberitakan kembali oleh Reuters, Jumat (2/3/2018).

Duta Besar AS di PBB untuk pelucutan senjata, Robert Wood, mengatakan, ada hubungan sejarah antara kedua negara terkait dengan aktivitas rudal dan komponen senjata kimia.

Selain itu pihaknya mendapati adanya dua pengiriman yang dilakukan Korut ke Suriah. Pengiriman bahan dan peralatan pembuat senjata kimia itu berhasil dicegat pada 6 bulan terakhir.

Hal ini diketahui berdasarkan laporan rahasia mengenai pelanggaran sanksi Korut.

Badan pengawas senjata kimia internasional yang berkantor di Den Haag, Belanda, pada Minggu 25 Februari membuka penyelidikan terhadap penyerangan di Ghouta. Penyelidikan ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada pelanggaran penggunaan amunisi.

Suriah diketahui menandatangani perjanjian internasional terkait senjata kimia pada 2013, sebagai bagian dari kesepakatan yang ditengahi oleh Moskow, untuk mencegah serangan udara AS.

Serangan AS itu sedianya dilakukan sebagai aksi balasan atas penggunaan gas syaraf yang menewaskan ratusan orang dalam perang sipil di Kota Talmen, Suriah.

Pada tahun-tahun berikutnya, stok gas-gas beracun milik Suriah dihancurkan oleh pemnatau internasional.

Editor: Anton Suhartono

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut