Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Nah, Pengacara Militer Israel Kumpulkan Bukti Kejahatan Perang di Gaza
Advertisement . Scroll to see content

Ledakan Beirut, Bantuan Israel, dan Luka Sejarah di Hati Rakyat Lebanon

Sabtu, 08 Agustus 2020 - 18:57:00 WIB
Ledakan Beirut, Bantuan Israel, dan Luka Sejarah di Hati Rakyat Lebanon
Asap hitam membubung di atas Kota Beirut, Lebanon, pascaledakan besar pada Selasa (4/8/2020) lalu. (Foto: AFP)
Advertisement . Scroll to see content

BEIRUT, iNews.id – Ledakan dahsyat di Kota Beirut, Selasa (4/8/2020) lalu, membuat Lebanon begitu terpukul. Bagaimana tidak, bencana itu semakin merusak perekonomian negara itu di tengah wabah Covid-19.

Berbagai kalangan internasional pun mulai menawarkan bantuan kepada negeri yang berjuluk Paris dari Timur itu. Bahkan, musuh bebuyutan Lebanon, Israel, dikatakan juga turut menawarkan bantuan kemanusiaan.

Bagi sedikit orang, tawaran pemerintah zionis itu mungkin dimaknai layaknya isyarat niat baik. Akan tetapi, oleh sebagian besar yang lain, sikap Israel itu hanya dipandang sebagai kemunafikan belaka.

Banyak yang menilai, tawaran bantuan kemanusiaan Israel ke Lebanon pascaledakan di Beirut itu tidak mungkin dilakukan. Secara teknis, kedua tetangga tersebut masih berperang. Mereka tidak memiliki hubungan diplomatik dan saling curiga. Bahkan, boleh dibilang hanya permusuhanlah yang bisa menentukan hubungan mereka.

Ketika Kota Beirut porak-poranda setelah ledakan besar Selasa lalu, banyak mata kemudian tertuju pada Israel. Tak sedikit yang menduga bahwa ada peran zionis dalam bencana itu.

Militer Lebanon awalnya menyatakan “tidak ada komentar” saat ditanya mengenai keterkaitan Israel dalam ledakan Beirut. Namun, belakangan sumber pemerintah mengatakan Israel tidak ada hubungannya dengan insiden tersebut.

Beberapa jam kemudian, Pemerintah Israel menawarkan bantuan kemanusiaan ke Lebanon. “Israel telah beralih ke Lebanon melalui keamanan internasional dan kontak politik untuk menawarkan bantuan kemanusiaan dan medis kepada Pemerintah Lebanon,” ungkap sebuah pernyataan Pemerintah Israel, empat hari lalu, seperti dikutip AFP.

Karena banyak rumah sakit Beirut yang kewalahan menangani ribuan orang yang terluka, Pemerintah Lebanon tidak memberikan komentar soal tawaran negara Yahudi tersebut kala itu.

Sampai hari ini, bantuan dari sejumlah negara lain telah mengalir ke Lebanon. Beberapa di antaranya berasal dari Prancis (yang dulu pernah menjajah Lebanon) dan Iran (sekutu gerakan Hizbullah Lebanon yang juga musuh utama Israel).

Israel dan Hizbullah terakhir kali berperang selama 33 hari pada musim panas 2006 yang menghancurkan beberapa bagian ibu kota Lebanon dan menewaskan ratusan orang.

Sumber pemerintah dan diplomatik di Yerusalem mengklaim, Israel telah mencoba menawarkan bantuan sejak Selasa lalu untuk mengirim peralatan medis ke Lebanon melalui PBB—yang memantau zona penyangga antara kedua negara. Namun, upaya itu tidak berhasil.

Israel bahkan berusaha mengirim personel medis ke Siprus, tempat para korban Beirut dapat dirawat, menurut sumber tersebut. “Itu adalah sikap yang sangat manusiawi. Ini adalah isyarat yang dapat mempersatukan kedua negara (Lebanon dan Israel),” ujar mantan kepala intelijen militer Israel, Amos Yadlin, kepada wartawan.

Kenangan pahit

Yadlin pun menyalahkan para pendukung Hizbullah di Iran atas berlanjutnya permusuhan antara Israel dan Lebanon. Dia bersikeras bahwa “tidak ada perselisihan nyata” antara kedua tetangga itu.

“Satu-satunya alasan tidak ada perdamaian antara Israel dan Lebanon adalah fakta bahwa Iran mengambil alih negara kecil ini melalui wakilnya Hizbullah dan mereka menciptakan alasan untuk menjaga konflik tetap berlangsung,” klaimnya.

Di Beirut, banyak orang yang memiliki kenangan pahit soal invasi Israel ke Lebanon pada 1982. Mereka masih ingat akan pendudukan zionis di wilayah selatan Lebanon hingga 2000, juga; perang pada 2006 yang menewaskan 1.200 orang—yang kebanyakan dari mereka adalah warga sipil.

Nasib ratusan ribu pengungsi Palestina yang terjebak di Lebanon selama beberapa dekade, setelah melarikan diri atau diusir dari tanah air mereka dalam beberapa gelombang menyusul pembentukan Israel pada 1948, adalah masalah pelik lainnya. Tuntutan jangka panjang agar para pengungsi itu bisa kembali ke Tanah Palestina tetap menjadi poin penting perselisihan antara Lebanon dan Israel.

Trauma akibat ledakan yang menghancurkan Kota Beirut—yang menewaskan lebih dari 150 orang dan melukai sedikitnya 5.000 orang, serta menyebabkan sekitar 300.000 tunawisma—membuat orang-orang Lebanon tidak begitu mempedulikan tawaran Israel. Alih-alih menerima, sebagian dari mereka malah mengejek dan memandang sarkasme tawaran zionis itu.

“Israel harus berhenti mengeksploitasi bencana ini untuk menutupi kejahatannya terhadap Lebanon,” demikian bunyi salah satu tweet dalam Bahasa Inggris yang muncul sejak tiga hari lalu.

Editor: Ahmad Islamy Jamil

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut