Mantan Bos Starbucks Pertimbangkan Ikut Pilpres AS 2020
"Saya tentu siap menghadapi orang-orang sinis serta para penentang yang mengatakan bahwa (keputusan) ini tidak bisa dilakukan. Saya tidak setuju dengan mereka. Saya rasa, bukan orang Amerika yang mengatakan, bahwa hal ini tidak bisa dilakukan," kata Schultz, dikutip dari Bloomberg, Senin (28/1/2019).
Soal alasannya tidak mau maju dari Demokrat, Schultz menjelaskan partai tersebut telah berubah, tak sesuai lagi dengan harapannya.
"Saya merasa, jika mencalonkan diri sebagai seorang Demokrat, saya harus tidak jujur mengatakan hal-hal yang tidak saya percaya, karena sejauh ini partai itu telah bergeser ke kiri," ujarnya.
"Ketika saya mendengar orang-orang mendukung program pemerintah soal perguruan tinggi gratis, biaya perawatan kesehatan gratis, dan pekerjaan dari pemerintah gratis untuk semua orang, selain utang 21 triliun dolar AS. Pertanyaannya adalah, bagaimana kita bisa membayar itu semua jika tidak membuat negara bangkrut?" Kata Schultz lagi.
Pria yang dibesarkan di Canarsie, Brooklyn, itu menjadi miliarder setelah berperan dalam mendirikan gerai kafe Starbucks. Perusahaan memulainya dari tujuh gerai di Seattle sebelum membentuk rantai kedai kopi global dengan lebih dari 350.000 karyawan di seluruh dunia.