Marcos Jr Pecat Kepala Kepolisian Filipina yang Tangkap Mantan Presiden Duterte
MANILA, iNews.id - Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr memecat kepala kepolisian nasional Nicolas Torre, Selasa (26/8/2025). Nama Torre semakin dikenal karena menangkap mantan presiden Rodrigo Duterte atas permintaan dari Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) atas tuduhan kejahatan terhadap kemanusiaan.
Prestasi lainnya, Torre juga menangkap tokoh Kristen, Apollo Carreon Quiboloy, yang juga masuk dalam daftar buronan FBI atas tuduhan perdagangan seks anak.
Keputusan ini juga cukup mengejutkan karena Marcos baru mengangkatnya pada Mei lalu. Dia akan diganti oleh pejabat kepolisian senior lainnya, Jose Melencio Nartatez Jr.
Pemberhentian Torre tertuang dalam surat yang dibuat Sekretaris Kabinet Lucas Bersamin kepada sang jenderal. Namun Bersamin tidak menjelaskan alasan pemecatan Torre sebagai kepala kepolisian nasional.
Dalam surat itu, Bersamin memberitahu tentang pemecatannya segera sebagai kepala kepolisian nasional atas perintah Marcos seraya memerintahkannya untuk memastikan seluruh pekerjaan, dokumen, serta informasi terkait dengan jabatannya diserahkan sebagaimana semestinya.
Menjelang pemecatannya, Torre dilaporkan berselisih dengan pejabat pemerintah terkait keputusannya untuk memecat belasan perwira dari jabatan mereka, termasuk Nartatez.
Komisi Kepolisian Nasional kemudian memerintahkan pemulihan jabatan para pejabat polisi tersebut bulan ini, namun perintah itu tidak segera dijalankan.
Namun Menteri Dalam Negeri Filipina Jonvic Remulla membantah adanya friksi di balik pemecatan Torre.
"Dia tidak melanggar hukum apa pun, dia tidak didakwa secara pidana atau administratif. Ini hanya pilihan presiden untuk mengambil arah baru bagi kepolisian nasional," kata Remulla.
Saat didesak mengenai alasan pemecatan, Remulla menegaskan hanya Presiden yang bisa menjawab secara spesifik.
Torre pada Maret lalu memimpin penangkapan Duterte di bandara internasional Manila lalu menyerahkannya ke ICC di Den Haag, Belanda. Duterte dituduh melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan atas kebijakan perang terhadap kejahatan narkoba. Ribuan orang terbunuh tanpa melalui sidang pengadilan semasa pemerintahan Duterte.
Editor: Anton Suhartono