Mayoritas Wanita di Tokyo Ingin Pria dan Wanita Dipisah di Kereta
TOKYO, iNews.id - Survei yang dilakukan Yayasan Thompson Reuters di lima kota sibuk di dunia mengungkap keinginan kalangan perempuan agar ada pemisahan antara pria dan wanita di alat transportasi.
Para perempuan di Tokyo paling kentara menginginkan pemisahan ini, terutama di kereta dan bus. Hasil survei Thompson Reuters, hampir 70 persen perempuan di Tokyo menginginkan adanya pemisahan.
Ada 1.000 responden yang dilibatkan dalam survei yakni dari Tokyo, London, New York, Kairo, dan Mexico City. Secara rata-rata, dari lima kota itu hampir setengahnya mengigninkan pemisahan.
Para perempuan di Tokyo menganggap mereka lebih aman di gerbong atau bus yang dipisah. Di Jepang, kasus pelecehan di alat transportasi atau chikan cukup tinggi.
Lebih dari setengah responden di Tokyo menilai keamanan merupakan isu utama mereka saat menggunakan alat transportasi umum. Namun 7 dari 10 perempuan yakin mereka bisa berpergian tanpa mengalami pelecehan atau kekerasan seksual.
"Anda bisa melindungi diri sendiri di gerbong khusus perempuan dan kecil kemungkinan Anda dilecehkan," kata Chihiro Asahi, mahasiswi berusia 22 tahun, dikutip dari Reuters.
Sementara itu responden di Kairo dan Mexico City juga menganggap isu keamanan menjadi yang utama di alat transportasi. Namun jumlah yang menginginkan adanya pemisahan tak sebanyak di Tokyo, yakni masing-masing 60 dan 55 persen.
Di New York dan London, tak lebih dari 30 persen responden yang menginginkan pemisahan antara pria dan wanita. Di dua kota itu, isu utama bagi commuter perempuan bukan keamanan, tapi tingginya ongkos perjalanan.
Namun pemisahan alat transportasi berdasarkan gender secara berlebihan diprotes, termasuk di Jepang. Pasalnya cara itu lebih mengesankan menjauhkan ketimbang mencari solusi akar masalahnya.
"Paling-paling, fasilitas khusus perempuan hanya menyelesaikan masalah untuk sementara saja. Pemisahan ini tidak menghentikan kekerasan seksual," kata analis anti-pelecehan seksual di Washington, Marty Langelan.
"Respons terhadap kekerasan adalah menghentikan para pelaku, bukan memisahkan para korban," ujarnya, lagi.
Otoritas Tokyo berupaya keras menghentikan pelecehan seksual di kereta. Berdasarkan data kepolisian, sekitar dua per tiga dari total 1.750 pelaku pelecehan atau penganiayaan pada 2017 beroperasi di kereta atau stasiun. Saat ini operator kereta di Jepang sudah memisahkan penumpang pria dan wanita, tapi hanya di beberapa gerbong saja.
Editor: Anton Suhartono