Media Asing Ramai Beritakan Reshuffle, Menteri Kesehatan Jadi Sorotan
Sementara, Kepala Bagian Epidemiologi Universitas Indonesia, Tri Yunis Miko Wahyono, juga menyampaikan pendapat senada dengan Irma.
“S1-nya (Budi) di bidang Fisika Nuklir, lalu menjadi bankir, jadi saya sama sekali tidak meragukan kemampuan manajerialnya. Akan tetapi, saya meragukan pemahamannya tentang kesehatan masyarakat,” kata Tri.
“Saya benar-benar tidak mengerti, mengapa presiden memilihnya? Penunjukannya benar-benar di luar kebiasaan,” kata Tri.
Tidak semua pakar kesehatan mengkritik penunjukan Budi tersebut. Ahli epidemiologi di Universitas Indonesia, Pandu Riono mengatakan, Budi layak menjadi menteri kesehatan yang baru, karena Indonesia memiliki target untuk menyuntik 16 juta orang dalam sebulan.
Sementara, Zubairi Djoerban dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI) mengaku penunjukan Budi bukanlah sesuatu yang mengecewakan.
“Apa pun latar belakang mereka, baik itu fisika nuklir, kesehatan masyarakat, dokter, epidemiologi, selama mereka memiliki keterampilan manajerial yang baik dan tahu persis apa masalah di lapangan, itu bukan masalah bagi saya,” kata Zubairi.
Sementara The Straits Times melaporkan, Jokowi memang telah mengancam untuk melakukan reshuffle kabinet sejak awal Juni lalu. Ketika itu, dia menegur para menteri lantaran penanganan pandemi Covid-19 yang kurang baik.
“Menteri Kesehatan yang akan datang Budi diharapkan memetakan tindakan dan komitmen baru untuk mengurangi dampak kesehatan dan ekonomi Covid-19 di ekonomi terbesar di Asia Tenggara dengan 270 juta penduduk,” tulis media Singapura itu.
Budi Gunadi Sadikin masuk dalam daftar The Straits Times 50 Asians to Watch pada 2018. Menurut media tersebut, pria berusia 56 tahun itu dikenal memiliki keterampilan manajemen yang kuat, yang mungkin berharga saat menangani masalah seperti pencairan anggaran kesehatan dan distribusi sumber daya kesehatan.
Editor: Ahmad Islamy Jamil