Mengapa China Bela Pakistan? Berikut 10 Alasannya
JAKARTA, iNews.id - Mengapa China membela Pakistan? Pertanyaan ini banyak disampaikan saat Pakistan terlibat konflik bersenjata melawan India pada 7 hingga 10 Mei lalu. Kedua negara sangat dekat sejak lama, apalagi jika menghadapi musuh bersama, India.
Seperti diketahui, China juga berkonflik dengan India terkait sengketa perbatasan di Himalaya. Jika konflik dengan Pakistan menggunakan senjata, tentara India bertarung tangan kosong melawan prajurit China di perbatasan, namun tetap menimbulkan korban jiwa.
Begitu kuatnya hubungan Pakistan dan China sehingga digambarkan sebagai lebih tinggi daripada gunung, lebih dalam daripada lautan, lebih kuat daripada baja, lebih berharga daripada penglihatan, serta lebih manis daripada madu.
Namun sekilas, hubungan tersebut mungkin tampak tak imbang. China merupakan salah satu raksasa ekonomi dan militer dunia, sementara Pakistan bukan. Secara budaya dan agama apalagi, tidak ada hubungan secara historis maupun di zaman modern ini.
Hal yang jelas, kedua negara merupakan tetangga yang berbatasan wilayah secara langsung.
Ada 10 alasan mengapa China membela Pakistan setiap kali berkonflik dengan India atau dalam situasi lain.
Pakistan adalah jembatan utama China menuju dunia Islam. Pakistan dipandang sebagai sekutu penting dalam pengembangan provinsi-provinsi China yang mayoritas Muslim, sekaligus menangkal pengaruh India. Pada saat yang sama, Pakistan memainkan peran penting sebagai penghubung antara China dan Barat.
Data Institut Penelitian Perdamaian Internasional Stockholm mengungkap, Pakistan merupakan pembeli senjata terbesar China. Hampir 47 persen ekspor senjata dari China ke Pakistan. China telah menjadi pemasok senjata terbesar Pakistan serta mitra dagang terbesar ketiganya.
Kerja sama militer kedua negara semakin mendalam, yakni dengan proyek bersama memproduksi persenjataan, mulai dari jet tempur hingga kapal perang fregat berpeluru kendali.
China juga memberi Pakistan pinjaman sebesar 60 juta dolar AS yang kemudian diubah menjadi hibah. Baru-baru ini, kedua negara telah memutuskan untuk bekerja sama dalam meningkatkan sektor tenaga nuklir sipil.
Inisiatif bersama terbesar kedua negara melibatkan pangan dan pertanian. Ini adalah area yang dipandang penting oleh China, negara yang khawatir tentang penyediaan pangan bagi penduduk mereka yang besar. Untuk pertanian, perjanjian CPEC menguraikan pengaturan yang berjalan dari satu ujung rantai pasokan ke ujung lainnya.
Ini termasuk penyediaan benih, pupuk, dan pestisida oleh China.
Pakistan merupakan satu dari hanya dua negara, bersama Kuba, yang mendukung China setelah demonstrasi di Lapangan Tiananmen pada 1989.
China mendukung sikap Pakistan terkait sengketa wilayah Kashmir dengan India, sementara Pakistan mendukung China dalam isu Xinjiang, Tibet, dan Taiwan.
Dalam perang Indo-Pakistan pada 1965 hingga 1971, China memihak Pakistan melawan India.
Selain itu China mendukung aliansi antara Pakistan-Amerika Serikat melawan invasi Uni Soviet ke Afghanistan pada 1979.
Belum cukup, China juga memberi bantuan bagi Pakistan untuk menjadi negara berkekuatan nuklir pada 1998.
China juga menggunakan hak veto di Dewan Keamanan PBB untuk pertama kali pada 1972 untuk memblokir masuknya Bangladesh ke PBB.
Proyek ini merupakan infrastrukrur yang terdiri dari jaringan jalan darat dan rel kereta api modern, menghubungkan Pakistan dengan China serta negara-negara Asia Tengah.
Pelabuhan Gwadar di Pakistan selatan akan berfungsi sebagai pusat ekspor dan impor China. Sebagian besar perdagangannya, terutama minyak, akan melalui pelabuhan tersebut, yang dioperasikan oleh China Overseas Port Holding Company, sebuah perusahaan milik pemerintah China.
Saat ini, 60 persen minyak China harus diangkut menggunakan kapal dari Teluk Persia ke satu-satunya pelabuhan komersial di China, Shanghai, yang berjarak lebih dari 16.000 km.
Perjalanan tersebut memakan waktu 2 hingga 3 bulan, selama waktu tersebut kapal-kapal rentan terhadap bajak laut, cuaca buruk, pesaing politik, dan risiko lainnya. Menggunakan pelabuhan Gwadar akan sangat mengurangi jarak, waktu, dan biaya.
Proyek-proyek China di Pakistan di bawah CPEC telah menyerap 75.000 pekerja warga Pakistan, demikian data Kedubes China untuk Pakistan. Jumlah tersebut akan tumbuh secara substansial, khususnya di Gwadar, di mana meningkatnya lapangan kerja mendorong permintaan tanah dan perumahan.
Pusat Penelitian Ekonomi Terapan yang berbasis di Karachi dan Komisi Perencanaan Pakistan mengungkap, dalam 15 tahun ke depan, 700.000 hingga 800.000 tenaga kerja bisa terserap di bawah CPEC, sebagian besar di sektor infrastruktur, energi, dan transportasi.
Jajak Pendapat BBC World Service 2014, 75 persen warga Pakistan memandang pengaruh China secara positif dan hanya 15 persen yang menyatakan pandangan negatif. Di kawasan Asia-Pasifik, warga China memiliki opini ketiga paling positif tentang pengaruh Pakistan di dunia, setelah Indonesia dan Pakistan.
Kedua negara menjalin kerja sama di bidang radio dan televisi. Bank Industri dan Komersial China juga mendirikan cabang di Lahore.
Kementerian sains dan teknologi kedua negara mendirikan Laboratorium Bioteknologi Kapas bersama; Universitas Bahasa Modern Pakistan (NUML) dan Universitas Xinjiang bersama-sama mendirikan Pusat Pendidikan Internasional NUML dan Pusat Kebudayaan China di Pakistan.
Hubungan antara kedua negara akan terjalin lebih erat di semua tingkatan, meluas ke seluruh rentang kontak dan hubungan masyarakat.
Selain India, kekuatan regional seperti AS, negara-negara Arab, dan Iran, bersikap positif terhadap China yang bertanggung jawab untuk menjaga ketertiban di Afghanistan dan Pakistan. Oleh karena itu, di masa mendatang, hubungan China-Pakistan serta perluasan pengaruh China di Asia Tengah dan Selatan akan berkembang lebih jauh seiring upaya Negeri Tirai Bambu yang sedang memburu inisiatif "Satu Sabuk dan Satu Jalan" yang secara bertahap menggantikan status quo yang didominasi AS.
China tidak lagi memainkan peran pasif dan tidak penting serta berupaya mendapatkan status negara adidaya yang konsisten dengan kekuatannya sendiri yang dapat memengaruhi keseimbangan kekuatan internasional.
Sebelum meluncurkan proyek CPEC, kedua negara menandatangani 51 nota kesepahaman, meresmikan delapan proyek infrastruktur bersama, dan lima proyek energi bersama.
Editor: Anton Suhartono