Mengapa Iran Belum Serang Israel? Padahal sudah Janji Balas Dendam Kematian Haniyeh
Pertimbangan lainnya adalah upaya yang sedang berlangsung untuk menegosiasikan gencatan senjata antara Israel dan Hamas di Gaza. Iran sepertinya tidak ingin mengambil tindakan apa pun yang dapat disalahkan karena menggagalkan perundingan tersebut. Iran tak ingin dianggap sebagai pengganggu bagi masyarakat internasional.
Teheran juga sangat mempertimbangkan Pilpres AS 2024 yang akan digelar pada November. Rezim Iran sangat berhati-hati untuk tidak mengambil langkah apa pun yang dapat meningkatkan peluang mantan Presiden Donald Trump, yang pemerintahannya mengambil sikap yang jauh lebih agresif terhadap Iran dibandingkan dengan pemerintahan Joe Biden.
"Perang dengan Israel akan menyeret AS ke dalam konflik yang lebih besar, yang dapat merugikan peluang Kamala Harris dalam pemilihan November. Republik Islam akan melakukan apa pun untuk menghentikan Trump agar tidak terpilih lagi," kata Saeid Golkar, seorang profesor Ilmu Politik di University of Tennessee di Chattanooga dan juga penasihat senior di United Against Nuclear Iran.
Meskipun ada banyak pertimbangan seperti disebutkan di atas, Iran mungkin pada akhirnya merasa terpaksa untuk menanggapi Israel karena sangat malu sekutunya dibunuh di wilayahnya sendiri. Namun lagi-lagi respons yang diberikan Teheran nanti mungkin hanya berupa tindakan simbolis yang mirip dengan serangannya pada April lalu.
Tindakan balas dendam atas kematian Haniyeh itu mungkin tidak selalu melibatkan serangan rudal dan drone (pesawat tanpa awak) secara langsung seperti yang terjadi pada April, tetapi dapat diukur dan dikomunikasikan sebelumnya untuk meminimalkan kerusakan, sehingga menghindari eskalasi lebih lanjut. Dilema utama bagi Teheran adalah bagaimana menyusun respons yang dapat mencegah agresi Israel lebih lanjut tanpa meningkat menjadi perang besar-besaran.
Editor: Ahmad Islamy Jamil