Mengejutkan! Trump Malah Bela Mamdani saat Ditanya Wartawan soal Julukan Fasis untuk Dirinya
WASHINGTON, iNews.id - Pertemuan Presiden Donald Trump dan Wali Kota Terpilih New York City, Zohran Mamdani yang awalnya diprediksi berlangsung kaku justru berujung cair, di Oval Office, Jumat (21/11/2025). Bahkan, Trump membela Mamdani saat ditanya wartawan terkait pernyataan di masa lalu yang menyebutnya fasis.
Diketahui, kedua politisi ini telah berbulan-bulan saling serang. Namun, yang mengejutkan, dalam pertemuan di Oval Office selama 45 menit, keduanya mengaku menemukan banyak kesamaan, terutama mengenai isu keterjangkauan biaya hidup di New York.
Saat pertemuan berakhir, seorang reporter tiba-tiba melontarkan pertayaan kepada Mamdani, apakah dia akan menarik kembali serangannya di masa lalu terhadap Trump, terutama saat dia memberi julukan fasis pada Presiden dari Partai Republik tersebut.
"Aku pernah berbicara soal…," ujar Mamdani mencoba menjawab pertanyaan tersebut.
Belum selesai menjawab, Trump tiba-tiba memotongnya dan memberikan reaksi mengejutkan.
"Tidak apa-apa. Anda bisa bilang ya saja. Jauh lebih mudah daripada menjelaskan," kata Trump bergurau, sambil menepuk lengan Mamdani.
Suasana cair tersebut kontras dengan hubungan kedua tokoh ini sebelumnya. Dalam momen lainnya, Trump juga tampak hampir membela Mamdani ketika anggota Partai Demokrat Sosialis itu ditanya mengenai komentarnya yang pernah menyebut sang presiden sebagai despot atau kepala negara yang menjalankan kekuasaan dengan sewenang-wenang.
"Saya pernah disebut hal yang jauh lebih buruk daripada despot, jadi itu bukan penghinaan besar," ujar Trump menanggapi pertanyaan yang dilontarkan kepada Mamdani.
Namun, ketika Mandani ditanya apakah dia bersedia menarik pernyataan tersebut demi memperbaiki hubungan kerja dengan Gedung Putih, Mamdani tidak memberikan jawaban langsung.
"Saya pikir Presiden Trump dan saya sama-sama sangat jelas mengenai posisi dan pandangan kami," tutur Mamdani.
Mamdani mengungkapkan dirinya mengapresiasi Presiden Trump karena dalam pertemuan itu, tidak berfokus pada hal-hal yang tidak mereka sepakati dan jumlahnya banyak, melainkan pada tujuan bersama dalam melayani warga New York.
"Itu penting karena saat ini delapan setengah juta orang sedang berjuang menghadapi krisis biaya hidup, satu dari empat orang hidup dalam kemiskinan. Pembicaraan kami terus kembali pada pertanyaan bagaimana mengeluarkan warga New York dari situasi tersebut dan memberi mereka kota yang tidak hanya sekadar mampu mereka tinggali, tetapi tempat di mana mereka benar-benar dapat hidup," kata Mamdani.
Editor: Maria Christina