Mengenal Karoshi, Budaya Kerja Lembur di Jepang yang Kerap Makan Korban
Meski aturan sudah diberlakukan, budaya kerja Jepang berubah sangat lambat. Banyak pekerja masih ragu menolak lembur atau mengambil cuti penuh, karena tekanan sosial dan kekhawatiran dianggap tidak berdedikasi.
Beberapa langkah pemerintah untuk mengurangi karoshi antara lain:
Tetapi efektivitasnya masih dipertanyakan karena banyak perusahaan tetap menuntut output tinggi tanpa menambah tenaga kerja.
Baru-baru ini, publik Jepang kembali mempersoalkan budaya kerja ekstrem setelah Perdana Menteri Sanae Takaichi menggelar rapat pukul 03.00, yang melibatkan staf selama 3 jam. Kejadian ini memicu kekhawatiran bahwa bahkan pejabat tertinggi pun masih terjebak dalam pola kerja tak sehat, dan berpotensi menormalisasi praktik tersebut.
Walau Takaichi menyampaikan klarifikasi, insiden tersebut memperkuat kekhawatiran bahwa karoshi masih menjadi ancaman nyata.
Jika Jepang ingin mengatasi karoshi secara menyeluruh, bukan hanya aturan yang harus berubah, melainkan budaya kerja itu sendiri. Perlu ada kesadaran kolektif bahwa:
Tanpa itu semua, karoshi akan tetap menjadi bayang-bayang gelap di balik kesuksesan Negeri Sakura.
Fenomena karoshi menunjukkan bahwa modernisasi ekonomi tidak selalu sejalan dengan kesejahteraan pekerja. Jepang kini menghadapi pertanyaan besar, apakah negara ini siap memutus budaya kerja ekstrem demi masa depan tenaga kerja yang lebih sehat dan manusiawi?
Editor: Anton Suhartono