Mengenal Patahan Anatolia Utara dan Timur Pemicu Gempa Dahsyat Turki
JAKARTA, iNews.id - Turki diguncang dua gempa dahsyat bermagnitudo 7,8 dan 7,7 pada 6 Februari 2023. Hingga hari kedelapan pascagempa atau Selasa (14/2/2023), korban tewas di Turki saja telah menembus 31.600 orang.
Gempa dahsyat tersebut juga merenggut 5.714 nyawa di Suriah, sehingga totalnya mencapai 37.000 lebih.
Melansir dari The Washington Post, gempa sebesar itu berlangsung dengan waktu cukup lama, mencapai 75 detik atau sekitar 2 menit. Tak hanya korban jiwa, gempa juga menyebabkan ribuan gedung rusak berat, bahkan runtuh.
Setelah gempa M7,8 terjadi di selatan Turki dekat perbatasan Suriah, selang 9 jam kemudian terjadi gempa kedua berkekuatan M7,7 di jarak sekitar 100 km dari guncangan pertama.
Diketahui, sebagian wilayah Turki berada di pertemuan struktur lempeng tektonik sangat rumit, ditambah kontur tanah yang lunak. Gempa yang terjadi diakibatkan patahan Anatolia Timur, yang merupakan lokasi lempeng Arab dan Anatolia terkunci sehingga saling bergesekan. Gerakan yang diciptakan itu kemudian meregangkan kerak hingga melintasi patahan.
Lempeng Arab di patahan Anatolia Timur bergerak sejauh 15 milimeter per tahun ke arah utara barat laut. Sementara itu, patahan Anatolia secara umum bergerak ke barat daya dengan pergeseran 22 milimeter per tahun.
Patahan Anatolia Timur diketahui berada di bawah pemukiman padat penduduk di Turki. Gempa yang terjadi pada 6 Februari 2023 itu termasuk gempa dangkal dengan kedalaman 18 km di bawah permukaan bumi. Karena itulah, energi gelombang seismik belum seluruhnya menghilang sebelum guncangan. Ditambah lagi, konstruksi bangunan di Turki tidak semua tahan gempa.
Selain patahan Anatolia Timur, Turki juga terletak di wilayah patahan Anatolia Utara. Patahan ini kerap menimbulkan gempa besar, sehingga Turki dijuluki sebagai salah satu negara rawan.
Menurut informasi New Scientist, gempa yang terjadi pada 1939 dan 1999, bergerak ke arah Barat di sepanjang patahan Anatolia Utara. Segmen terakhir lempeng ini tidak terputus dan berada di Laut Marmara yakni sekitar Istanbul.
Setiap tahunnya, diperkirakan lempeng Anatolia dan Eurasia mengalami pergerakan sejauh 2 cm. Pada 1999, gempa hebat melanda Izmit dengan magnitudo 7,6 dan mengakibatkan 17.000 orang lebih tewas. Namun, sejak 2003, aktivitas pergerakan bergeser ke patahan Anatolia Timur.
Editor: Anton Suhartono