Mengenal Terowongan Gaza, Jadi Strategi Hamas Hadapi Israel
TEL AVIV, iNews.id - Israel mengumumkan akan membanjiri terowongan di Gaza, Palestina yang diyakini menjadi persembunyian pejuang Hamas. Terowongan itu sudah dibangun sejak puluhan tahun lalu.
Hamas menyebut panjang terowongan itu mencapai 300 kilometer. Pasukan Pasukan Israel juga pernah menemukan terowongan di Gaza pada kedalaman 70 meter.
Beberapa lokasi di terowongan itu sudah dilengkapi dengan aliran listrik lengkap dengan ketinggian hampir 2 meter.
Strategi membanjiri terowongan pernah juga dilakukan pada sepuluh tahun lalu. Melansir dari Aljazeera, Rabu (13/12/2023) pada saat itu, Abdel Fattah El-Sisi baru saja menggulingkan Presiden Mesir, Mohammed Morsi.
Dia membutuhkan modal politik yang besar untuk tetap berkuasa dan untuk menghindari kritikan Amerika Serikat.
Untuk melakukannya, Sisi perlu menunjukkan dirinya kepada Washington sebagai sekutu yang dapat diandalkan dengan memerangi Hamas.
Dalam waktu singkat, Mesir mulai membanjiri terowongan dengan air kotor. Selain bencana lingkungan yang disebabkan oleh air kotor, ini juga menyebabkan kematian banyak warga Palestina.
Sejak tahun 2007, Gaza berada di bawah pengepungan Israel yang ketat. Mesir ikut serta dalam pengepungan ini dengan mencegah warga Palestina menggunakan perbatasan Rafah sebagai rute alternatif .
Wakil Tetap Pertama Perwakilan Rusia untuk PBB Dmitry Polianskiy, telah memperingatkan membanjiri bawah tanah Gaza dengan air laut adalah kejahatan perang.
Kejahatan perang karena akan mencemari air tanah serta merusak lingkungan.
Selain itu, menurut Polianskiy, banyak warga sipil Palestina kemungkinan besar bersembunyi di bawah tanah untuk menghindari perang Israel, yang sejauh ini telah menewaskan lebih dari 18.000 orang.
Semua sisi terowongan Gaza terbuat dari beton yang diperkuat, tanah selalu dibiarkan dalam bahan aslinya, yaitu pasir dan tanah yang padat.
Menurut para ahli, konstruksi terowongan ini dibuat untuk mengakomodasi kemungkinan banjir yang disengaja atau alami, yang sering terjadi setiap musim dingin di Gaza.
Editor: Muhammad Fida Ul Haq