Ngerinya Sanksi Snapback PBB, Iran Terancam Isolasi Global
NEW YORK, iNews.id - Langkah tiga kekuatan Eropa, yakni Inggris, Prancis, dan Jerman (E3), untuk memicu mekanisme snapback dalam kesepakatan nuklir 2015 Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA), membuat sanksi PBB yang sempat dicabut kembali berlaku. Kondisi ini menempatkan Iran pada risiko isolasi politik dan ekonomi berskala luas.
Pemerintah negara E3 menyatakan proses itu dimulai pada 28 Agustus dan sanksi resmi kembali berlaku pada akhir September 2025.
Snapback adalah ketentuan dalam Resolusi Dewan Keamanan PBB yang memungkinkan pemulihan otomatis dari sanksi-sanksi yang dicabut oleh JCPOA jika pihak yang menandatangani menilai Iran melakukan "kegagalan signifikan" atas komitmennya. Proses dimulai oleh E3 dan memberi waktu 30 hari bagi Dewan Keamanan untuk menolak pemulihan tersebut, langkah yang praktis sulit karena syarat votingnya, kecuali ada resolusi yang berhasil, semua pembatasan lama kembali berlaku.
Dampak Praktis: Apa yang Kembali Diberlakukan?
Sanksi yang "tersnapback" mengembalikan cakupan aturan yang pernah dipakai antara 2006–2010, termasuk embargo senjata konvensional, larangan pengayaan uranium dan reprocessing tertentu, pembekuan aset, larangan perjalanan terhadap individu/entitas terkait, serta pembatasan teknologi yang bisa mendukung rudal balistik.
Dalam praktiknya, ini memaksa negara-negara anggota untuk menyesuaikan hukum nasional, perbankan, dan asuransi agar sanksi efektif secara global.
E3 menyatakan keputusan itu diambil karena menilai Teheran melakukan "kegagalan signifikan" terhadap komitmennya, termasuk peningkatan stok uranium yang sangat melebihi batas JCPOA dan terbatasnya kerja sama dengan Badan Energi Atom Internasional (IAEA). Menurut pernyataan resmi E3, upaya diplomatik untuk mendorong kepatuhan telah dilakukan, namun dinilai tidak cukup.
Reaksi Iran
Teheran mengecam langkah itu sebagai ilegal dan politis. Iran menyatakan akan membalas dan memanggil pulang duta besarnya dari Inggris, Prancis, dan Jerman dalam aksi protes diplomatik. Pemerintah Iran juga mengancam akan mengurangi kerja sama dengan pengawas nuklir dan memperingatkan konsekuensi serius jika sanksi diberlakukan penuh.
Konsekuensi Ekonomi dan Geopolitik
Meski Iran sudah hidup di bawah sanksi AS sejak 2018, snapback membawa legitimasi internasional yang lebih luas, mendorong bank, asuransi, dan mitra dagang di seluruh dunia untuk mengurangi eksposurnya. Kekhawatiran publik di Iran sudah nyata pekan lalu, yakni tekanan pada mata uang rial dan kecemasan akan kenaikan harga kebutuhan pokok.
Langkah ini juga memperlebar jurang antara blok Barat dengan Rusia–China, yang berusaha menunda atau menolak tindakan tersebut di Dewan Keamanan PBB.
Secara teknis, E3 dapat mengaktifkan mekanisme itu sampai tanggal tertentu sesuai ketentuan Dewan Keamanan, tetapi setelah snapback aktif, kemungkinan mengembalikannya tanpa konsesi nyata dari Iran kecil.
Pilihan sekarang menyusut menjadi dua, yakni (1) tekanan maksimum melalui sanksi sambil mencoba mengembalikan Iran ke meja perundingan atau (2) menanggung risiko stagnasi diplomasi yang bisa memicu konfrontasi regional lebih luas.
Editor: Anton Suhartono