Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Pengunjung Masjidil Haram dan Masjid Nabawi Tembus 68 Juta Orang dalam Sebulan
Advertisement . Scroll to see content

Pangeran Arab Saudi: Tak Ada Agen Asing Terlibat dalam Pembunuhan Raja Faisal

Rabu, 29 April 2020 - 14:37:00 WIB
Pangeran Arab Saudi: Tak Ada Agen Asing Terlibat dalam Pembunuhan Raja Faisal
Mantan kepala Badan Intelijen Umum Arab Saudi, Pengeran Turki al-Faisal. (Foto: AFP)
Advertisement . Scroll to see content

JEDDAH, iNews.id – Pada 25 Maret 1975, Raja Arab Saudi, Faisal bin Abdulaziz al-Saud, mangkat setelah dibunuh keponakannya bernama Faisal bin Musaid. Selasa (28/4/2020) kemarin, media daring dari negeri padang pasir itu, Saudi Gazette, mengulas kembali ihwal kematian sang raja. Kali ini ceritanya disampaikan langsung oleh putra Raja Faisal, Pangeran Turki al-Faisal.

Pangeran Turki yang juga mantan kepala Badan Intelijen Umum Arab Saudi itu mengatakan, tidak ada agen asing yang terlibat dalam pembunuhan ayahnya. Dia meyakini peristiwa kelam itu adalah murni tindakan individu sepupunya, Faisal bin Musaid.

Pangeran Turki mengungkapkan hal itu saat tampil dalam sesi wawancara dengan kanal TV Rotana Khalijiah, Senin (27/4/2020). “Raja Khalid (penerus Raja Faisal) telah menugasi saya untuk ikut serta dalam penyelidikan pembunuhan Raja Faisal dan kami mengadakan kontak dengan semua sumber yang tersedia pada saat itu secara internal dan eksternal,” tuturnya.

Pangeran Turki ingat, Pangeran Naif adalah menteri dalam negeri Arab Saudi pada waktu itu. “Umar Syams, kepala Badan Intelijen saat itu, berpartisipasi dalam penyelidikan dan mengadakan kontak dengan semua agen asing yang memiliki hubungan dengan kerajaan,” katanya.

“Penyelidikan yang berlangsung selama dua bulan menyimpulkan bahwa pembunuhan Raja Faisal adalah tindakan individu dan tidak ada pihak asing yang memiliki hubungan dengan itu,” ujarnya.

Mengenai motif pelaku di balik pembunuhan sang ayah, Pangeran Turki mengatakan sangat sulit untuk membedakan apakah aksi itu terkait dengan Raja Faisal sebagai pribadi atau kebijakannya selama memerintah. Ini karena dia melihat motif pelaku mencakup kedua-duanya.

Pangeran Turki ingat, sebelum pengangkatannya, sudah lazim di Arab Saudi untuk tidak mengumumkan nama kepala badan intelijen. Namun, ketika dia ditunjuk untuk memegang jabatan itu pada 1979, ada yang berbeda. “Pengangkatan saya diumumkan dalam pernyataan resmi yang dikeluarkan oleh Istana Kerajaan dan diumumkan kepada publik melalui media,” tuturnya.

Potret Raja Faisal dari Arab Saudi yang diambil pada 1967. (Foto: AFP)
Potret Raja Faisal dari Arab Saudi yang diambil pada 1967. (Foto: AFP)

“Ketika saya mengambil alih kendali (jabatan kepala), saya melihat peraturan Badan Intelijen Umum yang terdiri dari satu halaman. Setelah mendapatkan persetujuan dari para penguasa, saya bekerja keras untuk menerapkan peraturan intelijen yang komprehensif untuk memastikan kelancaran fungsi serta untuk mencegah penyalahgunaan kekuasaan,” ucapnya.

Pangeran Turki menekankan, Arab Saudi menaati hukum syariah Islam. Sistem intelijen dan yurisdiksinya tidak mengizinkan pembunuhan siapa pun di bagian dunia mana pun. Di sisi lain, peran intelijen adalah untuk mengumpulkan informasi dan mencari sumber sebelum menyerahkannya kepada pejabat terkait.

Pangeran Turki mencatat, Raja Faisal semasa hidupnya ingin membujuk anggota oposisi Saudi yang tinggal di luar wilayah kerajaan untuk kembali ke negara mereka. “Kementerian Dalam Negeri, Badan Intelijen Umum, dan perwakilan raja memainkan peran mereka dalam membuat upaya Raja Faisal berhasil mengembalikan sebagian dari mereka (para oposisi) ke negara ini,” ujarnya.

Pangeran Turki pun membantah tuduhan yang menyebut organisasi teroris al-Qaeda di Afghanistan adalah ciptaan intelijen Arab Saudi dan Amerika Serikat. Dia menyatakan, peran intelijen di Afghanistan adalah untuk mendukung upaya para mujahid (pejuang) melawan invasi Uni Soviet kala itu. Para intelijen di Afghanistan juga berusaha mencegah perluasan invasi raksasa komunis itu ke Pakistan.

“Telah ada kerja sama Arab Saudi-Amerika-Pakistan untuk mendukung kelompok mujahidin melawan invasi (Soviet) ini. Ada jutaan mujahidin Afghanistan yang hidup secara menyedihkan di kamp-kamp pengungsi di Pakistan, dan sukarelawan Arab atau mujahidin menyediakan layanan bagi para pengungsi ini,” ungkapnya.

“Para pemimpin al-Qaeda dari Arab berkumpul bersama dengan orang-orang Afghanistan di Peshawar, dan itu adalah awal dari organisasi teroris al-Qaeda pada saat perang saudara berkecamuk di Afghanistan. Agen-agen inteliejen Arab Saudi dan Amerika tidak memiliki peran sama sekali dalam hal ini (pembentukan al-Qaeda),” tuturnya.

Pangeran Turki menegaskan, dia juga tidak memiliki hubungan dengan Osama bin Laden. “Namun, saya bertemu dengannya pada beberapa kesempatan di mana saya diundang oleh Kedutaan Arab Saudi di Pakistan,” ucapnya.

“Kemudian saya bertemu dengannya di Jeddah di mana dia mengajukan permintaan dukungan intelijen untuk mujahidin Arab melawan rezim komunis Yaman Selatan, tetapi saya menolak permintaan itu,” kata dia.

Editor: Ahmad Islamy Jamil

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut